Senin, 14 November 2016

Kerapatan Jaringan



MENGHITUNG KERAPATAN JARINGAN PADA
BUAH PISANG (Musa paradisiaca) DAN SAYUR BAYAM (Amaranthus sp.)

AHMAD
G111 14 057

Program Studi Agoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Makassar, 2016

ABSTRACT
Tumbuhan bayam merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh didaerah yang beriklim panas dan dingin. Namun tumbuhan ini dapat tumbuh lebih subur didaratan rendah pada lahan terbuka yang beriklim hangat dan cahaya kuat. Pohon pisang dapat tumbuh di tanah yang kayaa akan humus, mengandung kapur atau tanah berat. Daaun pisang yang dewasaa berbentuk lonjong dan bertulang daun menyirip,sedangkan daun mudanya menggulung. Pada volume buah  pisang yang di konsumsi pada saat dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi air 300 ml mengalami kenaikan volume sebesar 570 ml hal ini menunjukan bahwa volume buah pisang konsumsi sebesar 270 ml dan limbah pisang sebesar 580 ml. Pada sayur volume sayur bayam konsumsi pada saat dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi air 300 ml mengalami kenaikan 730 ml ini menunjukan bahwa volume bayam konsumsi sebesar 430 ml dan limbah bayam dari volume air 300 ml menjadi 600 ml sehingga volume limbah bayam sebesar 300 ml.
Kata Kunci :  Kerapatan Jaringan, Fisiologi Pascapanen

I.          PENDAHULUAN



1.1  Kerapatan Jaringan
Kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa, makin kecil kerapatannya. Begitu juga  sebaliknya makin kecil volume dan massa suatu senyawa, kerapatannya makin besar. Kebanyakan zat padat dan cairan mengembang sedikit bila dipanaskan dan menyusut sedikit biladipengaruhi
penambahan tekanan eksternal  yang terjadi diluar (Mutiarawati. 2010).
Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume adalah sifat intensif.  Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk  pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti.  Karena volume berubah menurut suhu sedangkan massa tetap, maka rapatan merupakan fungsi suhu.
Untuk menentukan volume benda dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan bentuk bendanya.  Untuk benda  yang beraturan bentuknya dapat dilakukan dengan rumusan yang sesuai, misal untuk bentuk kubus maka  yang harus dilakukan adalah mengukur panjang sisi kubus, kemudian menghitungnya dengan rumusan sisi pangkat tiga.  Sedangkan untuk benda tidak beraturan pengukuran volume dilakukan dengan cara memasukkan benda tersebut kedalam gelas ukur yang di isi dengan air dengan volume tertentu, kemudian diamati selisih volumenya. Selisih volume tersebut adalah volume benda yang  dimasukkan ke dalam gelas ukur. Setelah itu dapat dihitung  berapa massa jenis benda yang dapat diamati pada kerapatan jaringan (Mutiarawati. 2010).
1.2  Deskripsi Sayur Bayam
Menurut Sumardi (2009), bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata “maranth” dalam bahasa Yunani berarti “everlasting” (abadi). Tanaman bayam berasal dari derah Amerika tropik namun hingga sekarang bayam telah tersebar keseluruh daerah tropis dan subtropis seluruh dunia.
Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam prkembangan selanjutnya, tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber potein, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Idonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Idonesia.
Menurut Sumardi (2009), tumbuhan bayam merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh didaerah yang beriklim panas dan dingin. Namun tumbuhan ini dapat tumbuh lebih subur didaratan rendah pada lahan terbuka yang beriklim hangat dan cahaya kuat. Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung karena merupakan tumbuhan C4. 
Menurut Rukmana (1994), Tanaman bayam memiliki akar perdu ( terma ), akar tanaman bayam ini akan menembus tanah hingga kedalaman 20-40 cm bahkan lebih. Akar tanaman bayam ini tergolong akar tunggang dan memiliki serabutan di bagian atasnya.
Menurut Rukmana (1994), tanaman bayam memiliki batang tumbuh dengan tegak, tebal dan banyak mengandung air. Batang pada tanaman ini memiliki panjang hingga 0.5-1 meter dan memiliki cabang monodial. Batang bayam berwarna kecoklatan, abu-abu dan juga memiliki duri halus di bagian pangkal ujung batang tanaman bayam.
Tanaman ini memiliki daun tunggal, berwarna hijau muda dan tua, berbentuk bulat memanjang serta oval. Panjang daun pada bayam 1,5-6,0 cm bahkan lebih, dengan lebar 0,5 – 3,2 cm dan memiliki pangkal ujung daun runcing serta obtusus. Batang bayam di sertai dengan tangkai yang berbentuk bulat dan memiliki permukaan opacus. Panjang tangkai ini mencapai 9 cm dan memiliki bagian tepi atau permukaan repandus (Rukmana,1994).
Bunga tanaman bayam ini memiliki kelamin tunggal, berwarna hijau tua, dan juga memiliki mahkota terdiri dari daun bunga 4-5 buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3 buah serta lainnya yang membantu dalam penyerbukan. Bunga tanaman bayam ini berukuran kecil dan memiliki panjang mencapai 1,5-2,5 cm, serta tumbuh di ketiak daun yang tersusun tegak. Namun, penyerbukan bunga ini biasanya di bantu juga dengan binatang sekitar dan angin (Rukmana,1994).
Menurut Natitupulu (2012), tanaman bayam memiliki biji berukuran kecil, dan halus, memiliki bentuk bulat serta memiliki warna kecoklatan hingga kehitaman. Namun, ada beberapa jenis bayam yang terdapat biji berwarna putih dan merah, contohnya bayam maksi.
Menurut Natitupulu (2012) klasifikasi tanaman bayam yaitu :
Kingdom          : Plantae
Sub kingdom   : Tracheobionta
Sub Divisi        : Spermatophyta
Division           : Magnoliophyta
Class                : Magnoliophyta
Sub Classis      : Caryophyllidae
Famili              : Amaranthacea
Genus              : Amaranthus
Species                        : Amaranthus L.
(Amaranthus sp.)
1.3  Deskripsi Buah Pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herbal yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang (Susanto, 2005).
Pohon pisang adalah tanaman yang dapat hidup di iklim tropis basah,lembab,dan panas. Di indonesia pohon pisang umumnya dapat tumbuh di daratan rendah saampai pegunungan sekitar 2.000 m dpl (Susanto, 2005).
Menurut Kusumawati (2008), Pohon pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya akan humus, mengandung kapur atau tanah berat. Daun pisang yang dewasaaberbentuk lonjong dan bertulang daun menyirip, sedangkan daun mudanya menggulung. Helai daun nya lebih panjang dari tengkai daaunnya. Kebanyakan daun pisang berwarna hijau tua untuk daun dewasa dan hijau muda untuk daun yang masih muda. Kecuali untuk beberapa species, terdapat bercak merah atau ungu pada lembaran daunnya atau pada ibu tulang daun.
Menurut Kusumawati (2008), Batang pohon pisang berupa pelepah yang membesar dan mengumpul. Batangnya lunak, berair dan tidak berkayu. Pohon pisang mempunya umbi yang muncul di permukaan tanah dan akan membentuk tunas-tunas baru. Akar pohon pisang merupakan akar serabut ,berdiameter 0,5-1 cm berbentuk silinder menyebabkan akar-akar ini terlihat besar dan tampak seperti cacing. Rata rata panjangnya 4-5 meter untuk menjala kesamping dan hanya 75-150 cm untuk tumbuh kedalam tanah. Pohon pisang membunyai bunga yang bentuknya menyerupai jantung.
Didalam bunga pisang sekilas tampak seperti udang yang berwarna kuning keputih-putihan dengan panjang 4-7 cm dan lebar 1-2 cm. Masing masing bunga tersebut memiliki satu sepal,  satu petal, satu putik dengan banyak ovarium  dan 4 buah benang sari dengan tangkai ssari sepanjang 3-4 cm. Setiap bunga tersebut menghasilkan satu buah pisang, dan karna terdapat banyak bunga maka satu tandan bunga mengasilkan 77-250 buah dibagi dalam 6-14 sisir (Kusumawati, 2008).
Menurut Ridwan (2014), klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut :
Kingdom          : Plantae
Divisi   : Speratophyta
Sub Divisi        : Angiospermae
Kelas   : Monocotyledonae
Keluarga          : Musaceae
Genus  : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui perbandingan antara massa dan volume dari buah dan sayur.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat megetahui volume dari bagian yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi.
II.                METODOLOGI
2.1    Tempat dan Waktu
Praktikum Indeks Limbah dan Kerapatan Jaringan ini di lakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, pada hari Jum’at 15 April 2016, pukul  13:30 WITA - selesai.
2.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan  pada percobaan ini yaitu, timbangan, pisau atau cutter, baskom, kantong kresek dan gelas piala.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu air, buah pisang dan sayur bayam.
2.3    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja praktikum kerapatan jaringan yaitu :
1.        Menyiapkan alat dan bahan
2.        Menimbang berat awal sayur dan buah menggunakan timbangan
3.        Memisahkan antara bagian yang dikonsumsi dan tidak konsumsi dan menimbangnya
4.        Memasukkan air sebanyak 300 ml kedalam gelas piala dan memasukkan satu pe satu bagian yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi.
5.        Menghitung volume jenis air dengan rumus

III.   HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Kerapatan Jaringan
No.
Komoditi
Voume (ml)
Ket
Air
Akhir
Kerapatan jaringan
1
Pisang
300
730
430
Konsumsi
300
600
300
Limbah
2
Bayam
300
570
270
Konsumsi
300
580
280
Limbah
Sumber Data Primer Setelah Diolah 2016
Kerapatan jaringan buah pisang
Vj = 730 ml – 300 ml = 430 ml (Konsumsi)
Vj = 600 ml – 300 ml = 300 ml (Limbah)


Kerapatan jaringan sayur bayam
Vj = 570 ml – 300 ml = 270 ml (Konsumsi)
Vj = 580 ml – 300 ml = 280 ml (Limbah)
3.2  Pembahasan
Pada volume buah  pisang yang di konsumsi pada saat dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi air 300 ml mengalami kenaikan volume sebesar 570 ml hal ini menunjukan bahwa volume buah pisang konsumsi sebesar 270 ml dan limbah pisang sebesar 580 ml ini menunjukan bahwa volume limbah pisang lebih besar dibanding volume konsumsi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumawati (2008), didalam bunga pisang sekilas tampak seperti udang yang berwarna kuning keputih-putihan dengan panjang 4-7 cm dan lebar 1-2 cm. Masing masing bunga tersebut memiliki satu sepal,  satu petal, satu putik dengan banyak ovarium  dan 4 buah benang sari dengan tangkai ssari sepanjang 3-4 cm. Setiap bunga tersebut menghasilkan satu buah pisang, dan karna terdapat banyak bunga maka satu tandan bunga mengasilkan 77-250 buah dibagi dalam 6-14 sisir.
Volume bayam konsumsi pada saat dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi air 300 ml mengalami kenaikan 730 ml ini menunjukan bahwa volume bayam konsumsi sebesar 430 ml dan limbah bayam dari volume air 300 ml menjadi 600 ml sehingga volume limbah bayam sebesar 300 ml, ini menunjukan bahwa limbah sayur bayam lebih kecil dari pada bayam yang dikonsumsi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (1994), yang mengatakan bahwa tanaman bayam memiliki batang tumbuh dengan tegak, tebal dan banyak mengandung air. Batang pada tanaman ini memiliki panjang hingga 0.5-1 meter dan memiliki cabang monodial. Batang bayam berwarna kecoklatan, abu-abu dan juga memiliki duri halus di bagian pangkal ujung batang tanaman bayam.

IV.              PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa
1.        Sayur bayam mempunyai kerapatan jaringan yang dikonsumsi sebesar 430 ml dan limbah sebesar 300 ml
2.        Buah pisang mempunyai kerapatan jaringan yang dikonsumsi sebesar 270 ml dan limbah sebesar 280 ml.
3.        Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume adalah sifat intensif. 
4.2    Saran
Sebaiknya asisten lebih memperhatikan kegiatan mahasiswa                 saat bekerja agar tidak terjadi kesalahan pada saat proses pratikum.




DAFTAR PUSTAKA
Mutiarawati. 2010. “Penanganan pasca Panen hasil pertanian”. UNPAD Press: Bandung.

Napitupulu, J. A. 2012. Respon Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Produksi Bayam Cabut (Amaranthus sp) Terhadap Jenis dan Dosis Pupuk Nitrogen yang Berbeda.

Sumardi, I. 2009. Perkembangan struktur anomali batang bayam cabut (Amaranthus tricolor L.) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Rukmana, I. H. R. 1994. Bayam, Bertanam & Pengolahan Pascapanen. Kanisius.

Ridwan, A. Z. 2014. Pengaruh berbagai jenis kulit pisang terhadap kualitas nata de banana.

Kusumawati, A., & Syukriani, L. 2008. Identifikasi dan karakterisasi morfologi genotipe pisang (Musa paradisiaca. L) di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Jerami, 1(2), 62-70.

Susanto, A., & Edison, H. S. 2005. Deskripsi Pisang Indonesia. Agro Inovasi. Balai Penelitian Tanaman Buah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.




LAMPIRAN



Proses penimbangan buah pisang dan sayur bayam












 
                                                                                         

                                                                                                                     




Buah dan sayur yang telah dipisahkan
          Konsumsi dan tidak  dikonsumsi         






Proses menghitung kerapatan jaringan pada gelas piala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar