Jurnal Praktikum
Fisiologi Pascapanen
PELILINAN
NAMA :
AHMAD
NIM :
G111 14 057
KELAS :
C
KELOMPOK :
8 (DELAPAN)
ASISTEN :
AHRANI AKBAR FACHRI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
AHMAD
G111 14 057
Program
Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar,
2016
ABSTRAK
Jeruk
Pohon kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m, dengan batang atau
ranting berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi dengan tepi rata,
tunggal, permukaan biasanya licin dan agar berminyak. Bunga tunggal atau dalam
kelompok, lima mahkota bunga ( kadang-kadang empat ) berwarna putih atau kuning
pucat,[stamen] banyak, seringkali sangat harum. Tanaman Apel memiliki akar
tunggang yang berasal biji, akar tersebut tumbuh lurus atau vertical menuju
bawah tanah. Akar ini berfungsi khusus sebagai penegak tanaman, pengonsumsi air
serta unsur hara dalam tanah. Akar ini menembus jauh ke dalam lapisan tanah
yang keras agar tanaman dapat terus hidup dan tumbuh. Tanaman ini juga memiliki
akar serabut yang berasal dari stek dan rundukan tunas akar. Respirasi adalah suatu proses metabolisme biologis
dengan menggunakan oksigen dalam perombakan senyawa kompleks (seperti
karbohidrat, protein dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan
sejumlah elektron-elektron. Pada umumnya
bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses respirasi serta
metabolisme lain sampai bahan tersebut rusak dan proses kehidupan berhenti. Perawatan
lilin menunjukkan lilin yang melambat pelunakan buah proses serta degradasi pektin.
Pengobatan lilin secara signifikan dapat menurunkan intern pencoklatan dan
gejala sifat tepung daging nanas buah-buahan.
Kata Kunci :
Produk Pasca
Panen, Pelilinan, Buah Jeruk, Buah Apel
I.
PENDAHUUAN
1.1 Deskripsi Buah Jeruk
Menurut
Soelarso (2006), Jeruk Pohon kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m,
dengan batang atau ranting berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi
dengan tepi rata, tunggal, permukaan biasanya licin dan agar berminyak. Bunga
tunggal atau dalam kelompok, lima mahkota bunga ( kadang-kadang empat )
berwarna putih atau kuning pucat,[stamen] banyak, seringkali sangat harum.
Banyak
anggota jeruk yang dimanfaatkan
oleh manusia sebagai bahan pangan, wewangian, maupun industri. Buah jeruk
adalah sumber vitamin C dan wewangian/ parfum penting. Daunnya juga digunakan
sebagai rempah-rempah. Buah dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai penyedap
atau komponen kue/ puding. Aroma yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan
beberapa terpenoid. "Daging buah" mengandung banyak asam sitrat
(harafiah:"asam jeruk") yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi dan
tetap akan segar (Soelarso, 2006).
Menurut
Soelarso (2006), Tanaman Jeruk ini memiliki bentu akar yang tuggang panjang,
akar serabut, serta akar-akar rambut. Bila akar tunggang mencapai tanah yang
keras atau tanah yang berada di dalam air, maka pertumbuhan akar akan berhenti.
Tetapi
jika bertemu di tanah yang subuh, panjang akarnya (terutama akar tunggang) bisa
mencapai kurang lebih 4 meter. Kedalaman akar jeruk bervariasi tergantung
kondisi lingkungan (tanah) serta varietas jeruknya, biasanya di antara
kedalaman 0,15 – 0,5 meter dimana panjang akar secara mendatar berkisar 6 – 7
meter (Soelarso, 2006).
Menurut Soelarso
(2006), Tanaman ini memiliki batang yang cukup berduri yang tumbuh tegak ke
atas dan sedikit bercabang. Ketinggian pohon dapat mencapai mulai dari 5 meter
hingga sekitar 15 meter.
1.2 Deskripsi
Buah Apel
Tanaman Apel memiliki akar tunggang yang berasal biji, akar
tersebut tumbuh lurus atau vertical menuju bawah tanah. Akar ini berfungsi
khusus sebagai penegak tanaman, pengonsumsi air serta unsur hara dalam tanah.
Akar ini menembus jauh ke dalam lapisan tanah yang keras agar tanaman dapat
terus hidup dan tumbuh. Tanaman ini juga memiliki akar serabut yang berasal dari
stek dan rundukan tunas akar (Imawati, 2006).
Menurut Imawati (2006), Untuk batangnya, tanaman Apel
berbatang kuat dan keras. Kulit kayu cukup tebal dan berwarna kecoklatan sampai
kuning keabu-abuan. Tanaman Apel batangnya bercabang-cabang dengan pertumbuhan
lurus dan tidak memiliki ranting. Tinggi batang tanaman ini dapat mencapai 7 –
10 meter di atas permukaan tanah. Daun tanaman Apel berbentuk lonjong dengan
lebar tidak menentu tergantung varietasnya. Ujung daun berbentuk runcing dengan
pangkal daun yang tumpul, tepi daun memiliki gerigi-gerigi dari ujung hingga
pangkal daun.
Menurut Imawati (2006), Permukaan daun bisa datar atau
bergelombang, sedangkan sisi daun melipat ke bawah, namun ada juga beberapa
yang sisi daunnya melipat ke atas tergantung varietasnya. Bagian bawah daun
terdapat bulu-bulu halus yang menyelimutinya.
Bunga tanaman Apel memiliki tangkai yang pendek dan menghadap
ke atas. Bunga Apel memiliki tandan dengan tiap tandannya memiliki 7 – 9
bunga yang tumbuh pada ketiak daun. Bunga tersebut memiliki mahkota yang
terdiri dari 5 helai kelopak daun dengan warna merah jambu atau putih. Buah
Apel memiliki ciri-ciri berbentuk bulat sedikit lonjong dari bagian pucuk buah
memiliki sedikit lekukan. Kulit sangat tipis namun agak kasar berwarna hijau
hingga merah yang cukup mengkilat. Di dalam kulitnya, terdapat daging buah
dengan warna krem melingkupi biji Apel di dalamnya (Imawati, 2006).
Menurut
Imawati (2006), Rasa daging buah Apel manis dan cukup berair. Bijinya berbentuk
panjang dengan ujung yang runcing berwarna kecoklatan. Untuk bijinya harap
diwaspadai untuk tidak termakan, karena walaupun sedikit biji ini mengandung
senyawa sianida yang dapat meracuni tubuh.
1.3 Faktor
Yang Mempengaruhi Masa Simpan Buah
Menurut
Herawati (2008), faktor yang mempengruhi masa simpan buah yaitu
a.
Respirasi
Respirasi adalah suatu proses metabolisme
biologis dengan menggunakan oksigen dalam perombakan senyawa kompleks (seperti
karbohidrat, protein dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan
sejumlah elektron-elektron. Pada umumnya
bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses respirasi serta
metabolisme lain sampai bahan tersebut rusak dan proses kehidupan berhenti
Adanya
aktivitas respirasi pada hasil-hasil pertanian dapat menyebabkan hasil
pertanian menjadi matang dan menjadi tua. Proses matangnya hasil pertanian
merupakan perubahan dari warna, aroma, dan tekstur berturut-turut menuju ke
arah hasil pertanian yang dapat dimakan/dapat digunakan dan memberikan hasil
sebaik-baiknya. Proses menjadi tua (senescence) merupakan proses
secara normal menuju ke arah kerusakan sejak lewat masa optimal .
Aktivitas metabolisme dan energi
panas pada buah dan sayuran segar dicirikan dengan adanya proses
respirasi. Panas respirasi adalah panas yang dihasilkan karena adanya
aktivitas metabolisme dari bahan pangan, panas respirasi ini sangat berpengaruh
terhadap beban panas, terutama pada bahan pangan nabati sehingga berpengaruh
selama dalam masa pengangkutan dan penyimpanan.
Respirasi menghasilkan panas yang
menyebabkan terjadinya peningkatan panas, sehingga proses kemunduran seperti
kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan semakin
meningkat. Panas respirasi dipengaruhi oleh lingkungan. Meningkatnya suhu
lingkungan akan meningkatkan panas respirasi karena terjadi peningkatan
aktivitas metabolisme seiring dengan meningkatnya suhu lingkungan. Respirasi
adalah sangat tergantung pada suhu, mikroorganisme pembusuk akan mendapatkan
kondisi pertumbuhannya yang ideal dengan adanya peningkatan suhu.
b.
Transpirasi
Transpirasi adalah pengeluaran air
dari dalam jaringan produk nabati. Laju transpirasi dpengaruhi oleh faktor
internal (morfologi/anatomi, rasio permukaan terhadap volume, kerusakan fisik,
umur panen) dan faktor eksternal (suhu, RH, pergerakan udara dan tekanan
atmosfir). Kehilangan air pada buah-buahan itu terjadi karena faktor
transpirasi, dimana laju transpirasi akan dipengaruhi oleh faktor komoditi dan
faktor lingkungan dan faktor dari perlakuan setelah panen itu sendiri.
Kehilangan air akibat transpirasi
pada buah-buahan dan sayuran akan menyebabkan terjadinya pengkerutan, merusak
flavor dan menurunkan kualitas, juga mempengaruhi berat. Kualitas sayuran dan
buah-buahan berangsur-angsur turun sejalan dengan transpirasi, respirasi dan
perubahan fisik dan kimianya yang terjadi.
Transpirasi yang berlebihan selama
penanganan pasca panen tomat akan mengakibatkan pengkerutan dan warna kusam,
gagal matang, bau yang kurang sedap. Laju transpirasi buah tergantung dari
jenis dan derajat kematangan, hal ini ada hubungannya dengan ketebalan,
struktur dari kulit, sel epidermis dan lapisan lilin. Pengaruh dari dari
penurunan transpirasi selama penyimpanan pada suhu rendah akan lebih kecil
dibandingkan dengan suhu tinggi.
Laju
transpirasi akan dipengaruhi oleh faktor komoditi seperti morfologi, anatomi,
rasio permukaan, luka dan derajat kematangan dan lingkungan sekitarnya seperti
suhu, kelembaban, pergerakan udara dan tekanan atmosfer.
1.4
Pelilinan
Penyimpanan
dengan cara pelapisan lilin betujuan untuk menutupi pori-pori kulit buah
sehingga dapat menghambat/ menekan laju proses respirasi dan transpirasi yang
terjadi pada buah. Buah pisang yang hendak disimpan diberi lapisan lilin dengan
cara dicelupkan kedalam larutan lilin. Tebal tipisnya lapisan lilin berpengaruh
terhadap daya simpan buah pisang.pelapisan yang terlalu tebal akan menyebabkan
buah menjadi cepat rusak karena seluruh pori-pori kulit buah tertutup sehingga
menjadi respirasi anaerob yang menyebabkan kerusakan (Anis, 2009).
Pelilinan
selain untuk memperbaiki penampilan kulit buah, pelilinan bertujuan untuk
memperpanjang daya simpan, mencegah susut bobot buah, menutup luka atau goresan
kecil, mencegah timbulnya jamur, mencegah busuk dan mempertahankan warna. Lilin
(wax) yang digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket, tidak mudah
pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun, harga murah dan
mudah diperoleh. Biasanya, buah tersebut dilapisi dengan sejenis lilin ini akan
menghambat penguapan saat proses pembusukan buah. Lapisan lilin biasanya
ditemui pada buah impor seperti jeruk, apel, pear, mangga (Anis 2009).
Perawatan
lilin menunjukkan lilin yang melambat pelunakan buah proses serta degradasi
pektin. Pengobatan lilin secara signifikan dapat menurunkan intern pencoklatan
dan gejala sifat tepung daging nanas buah-buahan. Perawatan dengan lilin juga
menghasilkan perubahan dalam penurunan berat badan. Penurunan berat badan Buah
terutama terkait dengan respirasi dan penguapan kelembaban melalui kulit. Lilin
bertindak sebagai hambatan, sehingga membatasi perpindahan air dan melindungi
kulit buah dari luka pada kulit (Rini, 2008).
Menurut Rini (2008), Waxing
atau pelilinan biasanya dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan.
Dalam pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutup
rapat, sehingga terjadinya metabolisme anaerobik dalam buah dapat dicegah.
Jenis lilin yang digunakan adalah emuki lilin-air, yang dalam penggunaan
biasanya dicampur dengan fungisida untuk mencegah pembusukan pada buah. Selain
dapat memperpanjang masa simpan buah, penggunaan lilin juga akan menambah kilap
permukaan buah, sehingga penampakan buah akan lebih baik. Aplikasi pelilinan
pada buah-buahan dapat dengan cara pencelupan, penyemprotan dan pembusaan.
II.
METODOLOGI
2.1
Waktu dan Tempat
Waktu dilakukannya pengamatan atau praktikum ini yaitu pavda
hari Jum’at, 29 April 2016 pada pukul 13.30 Wita. Tempat dilakukannya praktikum
ini yaitu di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
2.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu timbangan, gunting, panci, kompor, dan alat tulis menulis.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
buah jeruk, buah apel, plastik wrapping, dan lilin edibel.
2.3
Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada
praktikum tentang respirasi ini yaitu :
1.
Menyiaokan alat dan bahan.
2.
Menimbang berat awal masing-masing
bahasn
3.
Memanskan air hingga mendidih
4.
Menghancurkan lilin yang akan
digunakan
5.
Memasukkan buah pada larutan yang
telah siap, sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan
6.
Melakukan pengamtan awal kondisi
masing-masing buah dan masing masing-masing perlakuan dengan beberapa
parameter.
7.
Meletakkan semua sampel buah pada
kondisi suhu ruang. Pengamatan dilakukan sekali selama seminggu dengan
mengamati beberpa perubahan pada buah.
III.
3.2 Pembahasan
Dari
hasil yang tersebut dapat dilihat bahwa pada penimbangan berat awal pada buah
jeruk dan apel didapatkan berat 0,1 gram dimana buah tersebut masih terlihat
segar dan wangi setelah diberi masing-masing perlakuan dimana pada setiap buah
diberi perlakuan kontrol yaitu tidak diberi perlakuan, perlakuan wrapping,
perlakuan pelilinan dan perlakuan warpping + pelilinan dan disimpan di suhu
ruang selama beberapa hari. Pada pengamatan kedua dapat dilihat pada buah jeruk
dengan perlakuan pelilinan terjadi perubahan warna dan aroma dimana jeruk
awalnya berwarna hijau kekuningan berubah menjadi hijau kecoklatan dan bearoma
busuk. Pada buah apel terjadi perubahan warna dan aroma pada perlakuan
pelilinan sama halnya buah jeruk, buah apel berubah warna dari warna hijau
menjadi hijau kecoklatan dan beraroma busuk.
Hal
ini sesuai dengan pendapat Rini (2008), Waxing atau pelilinan biasanya
dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan. Dalam pelilinan harus
diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutup rapat, sehingga terjadinya
metabolisme anaerobik dalam buah dapat dicegah.
IV.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari
hasil yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa
1.
Faktor
yang mempengaruhi masa simpan buah yaitu respirasi dan transpirasi
2.
Waxing
atau pelilinan biasanya dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan.
Dalam pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutup
rapat, sehingga terjadinya metabolisme anaerobik dalam buah dapat dicegah.
3.
Pada
buah jerk dan apel terjadi perubahan warna dan aroma pada perlakuan pelilinan
hal ini mungkin dipengaruhi oleh cara pelilinan yang tidak tepat.
4.2 Saran
Mahasiswa sudah seharusnya melakukan pengamatan lebih teliti
mengenai buah klimaterik dan nonklimaterik.
DAFTAR
PUSTAKA
Andi, 2013.
Proses Pelilinan pada Komoditas Hortikultura. http://emmynovia.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 April 2016.
Anis, 2009. Pelilinan
Wax pada Buah-buahan.http://iwanmalik.wordpress.com.
Diakses pada 30 April 2016.
Helmiyesi,
Rini Budi Hastuti, dan Erma Prihastanti, 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan Vitamin C pada Buah
Jeruk Siam ( Citrus nobilis var. microcarpa ). Buletin Anatomi dan
Fisiologi Volume XVI.
Herawati
Heny, 2008. Penentuan Umur Simpan pada
Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 27(4).
Imawati, H.
2006. Analisis Pendapatan Home Industri Sari Buah Apel Di Kota Batu
(Doctoral Dissertation, University Of Muhammadiyah Malang).
Pangestuti R
dan A Sugiyatno, 2004. Pelilinan pada Buah
Jeruk (Waxing). Batu : Citrusindo volume 1.
Soelarso, I.
R. B. 2006. Budi Daya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius.
Hard Rock Hotel & Casino Laughlin, NV - Mapyro
BalasHapusFind all 김해 출장안마 information and best deals 경상북도 출장안마 of Hard Rock Hotel & Casino 익산 출장마사지 Laughlin, 천안 출장안마 NV, 화성 출장마사지 Laughlin, NV, in Nevada, United States.