Senin, 14 November 2016

Pelilinan



Jurnal Praktikum
Fisiologi Pascapanen

PELILINAN


 








NAMA                       : AHMAD
NIM                            : G111 14 057
KELAS                      : C
KELOMPOK            : 8 (DELAPAN)
ASISTEN                   : AHRANI AKBAR FACHRI






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016


AHMAD
G111 14 057

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar, 2016

 

ABSTRAK
Jeruk Pohon kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m, dengan batang atau ranting berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi dengan tepi rata, tunggal, permukaan biasanya licin dan agar berminyak. Bunga tunggal atau dalam kelompok, lima mahkota bunga ( kadang-kadang empat ) berwarna putih atau kuning pucat,[stamen] banyak, seringkali sangat harum. Tanaman Apel memiliki akar tunggang yang berasal biji, akar tersebut tumbuh lurus atau vertical menuju bawah tanah. Akar ini berfungsi khusus sebagai penegak tanaman, pengonsumsi air serta unsur hara dalam tanah. Akar ini menembus jauh ke dalam lapisan tanah yang keras agar tanaman dapat terus hidup dan tumbuh. Tanaman ini juga memiliki akar serabut yang berasal dari stek dan rundukan tunas akar. Respirasi adalah suatu proses metabolisme biologis dengan menggunakan oksigen dalam perombakan senyawa kompleks (seperti karbohidrat, protein dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan sejumlah elektron-elektron. Pada umumnya bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses respirasi serta metabolisme lain sampai bahan tersebut rusak dan proses kehidupan berhenti. Perawatan lilin menunjukkan lilin yang melambat pelunakan buah proses serta degradasi pektin. Pengobatan lilin secara signifikan dapat menurunkan intern pencoklatan dan gejala sifat tepung daging nanas buah-buahan.
Kata Kunci : Produk Pasca Panen, Pelilinan, Buah Jeruk, Buah Apel
 


I.              PENDAHUUAN
1.1 Deskripsi Buah Jeruk
Menurut Soelarso (2006), Jeruk Pohon kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m, dengan batang atau ranting berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi dengan tepi rata, tunggal, permukaan biasanya licin dan agar berminyak. Bunga tunggal atau dalam kelompok, lima mahkota bunga ( kadang-kadang empat ) berwarna putih atau kuning pucat,[stamen] banyak, seringkali sangat harum.
Banyak anggota jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan, wewangian, maupun industri. Buah jeruk adalah sumber vitamin C dan wewangian/ parfum penting. Daunnya juga digunakan sebagai rempah-rempah. Buah dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai penyedap atau komponen kue/ puding. Aroma yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan beberapa terpenoid. "Daging buah" mengandung banyak asam sitrat (harafiah:"asam jeruk") yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi dan tetap akan segar (Soelarso, 2006).
Menurut Soelarso (2006), Tanaman Jeruk ini memiliki bentu akar yang tuggang panjang, akar serabut, serta akar-akar rambut. Bila akar tunggang mencapai tanah yang keras atau tanah yang berada di dalam air, maka pertumbuhan akar akan berhenti.
Tetapi jika bertemu di tanah yang subuh, panjang akarnya (terutama akar tunggang) bisa mencapai kurang lebih 4 meter. Kedalaman akar jeruk bervariasi tergantung kondisi lingkungan (tanah) serta varietas jeruknya, biasanya di antara kedalaman 0,15 – 0,5 meter dimana panjang akar secara mendatar berkisar 6 – 7 meter (Soelarso, 2006).
Menurut Soelarso (2006), Tanaman ini memiliki batang yang cukup berduri yang tumbuh tegak ke atas dan sedikit bercabang. Ketinggian pohon dapat mencapai mulai dari 5 meter hingga sekitar 15 meter.
1.2    Deskripsi Buah Apel
Tanaman Apel memiliki akar tunggang yang berasal biji, akar tersebut tumbuh lurus atau vertical menuju bawah tanah. Akar ini berfungsi khusus sebagai penegak tanaman, pengonsumsi air serta unsur hara dalam tanah. Akar ini menembus jauh ke dalam lapisan tanah yang keras agar tanaman dapat terus hidup dan tumbuh. Tanaman ini juga memiliki akar serabut yang berasal dari stek dan rundukan tunas akar (Imawati, 2006).
Menurut Imawati (2006), Untuk batangnya, tanaman Apel berbatang kuat dan keras. Kulit kayu cukup tebal dan berwarna kecoklatan sampai kuning keabu-abuan. Tanaman Apel batangnya bercabang-cabang dengan pertumbuhan lurus dan tidak memiliki ranting. Tinggi batang tanaman ini dapat mencapai 7 – 10 meter di atas permukaan tanah. Daun tanaman Apel berbentuk lonjong dengan lebar tidak menentu tergantung varietasnya. Ujung daun berbentuk runcing dengan pangkal daun yang tumpul, tepi daun memiliki gerigi-gerigi dari ujung hingga pangkal daun.
Menurut Imawati (2006), Permukaan daun bisa datar atau bergelombang, sedangkan sisi daun melipat ke bawah, namun ada juga beberapa yang sisi daunnya melipat ke atas tergantung varietasnya. Bagian bawah daun terdapat bulu-bulu halus yang menyelimutinya.
Bunga tanaman Apel memiliki tangkai yang pendek dan menghadap ke atas. Bunga Apel memiliki tandan dengan tiap tandannya memiliki 7 – 9  bunga yang tumbuh pada ketiak daun. Bunga tersebut memiliki mahkota yang terdiri dari 5 helai kelopak daun dengan warna merah jambu atau putih. Buah Apel memiliki ciri-ciri berbentuk bulat sedikit lonjong dari bagian pucuk buah memiliki sedikit lekukan. Kulit sangat tipis namun agak kasar berwarna hijau hingga merah yang cukup mengkilat. Di dalam kulitnya, terdapat daging buah dengan warna krem melingkupi biji Apel di dalamnya (Imawati, 2006).
Menurut Imawati (2006), Rasa daging buah Apel manis dan cukup berair. Bijinya berbentuk panjang dengan ujung yang runcing berwarna kecoklatan. Untuk bijinya harap diwaspadai untuk tidak termakan, karena walaupun sedikit biji ini mengandung senyawa sianida yang dapat meracuni tubuh.
1.3    Faktor Yang Mempengaruhi Masa Simpan Buah
Menurut Herawati (2008), faktor yang mempengruhi masa simpan buah yaitu
a.        Respirasi
Respirasi adalah suatu proses metabolisme biologis dengan menggunakan oksigen dalam perombakan senyawa kompleks (seperti karbohidrat, protein dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan sejumlah elektron-elektron. Pada umumnya bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses respirasi serta metabolisme lain sampai bahan tersebut rusak dan proses kehidupan berhenti
Adanya aktivitas respirasi pada hasil-hasil pertanian dapat menyebabkan hasil pertanian menjadi matang dan menjadi tua. Proses matangnya hasil pertanian merupakan perubahan dari warna, aroma, dan tekstur berturut-turut menuju ke arah hasil pertanian yang dapat dimakan/dapat digunakan dan memberikan hasil sebaik-baiknya. Proses menjadi tua (senescence) merupakan proses  secara normal menuju ke arah kerusakan sejak lewat masa optimal .
Aktivitas metabolisme dan energi panas pada buah dan sayuran segar dicirikan dengan adanya proses respirasi.  Panas respirasi adalah panas yang dihasilkan karena adanya aktivitas metabolisme dari bahan pangan, panas respirasi ini sangat berpengaruh terhadap beban panas, terutama pada bahan pangan nabati sehingga berpengaruh selama dalam masa pengangkutan dan penyimpanan.
Respirasi menghasilkan panas yang menyebabkan terjadinya peningkatan panas, sehingga proses kemunduran seperti kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan semakin meningkat.  Panas respirasi dipengaruhi oleh lingkungan. Meningkatnya suhu lingkungan akan meningkatkan panas respirasi karena terjadi peningkatan aktivitas metabolisme seiring dengan meningkatnya suhu lingkungan. Respirasi adalah sangat tergantung pada suhu, mikroorganisme pembusuk akan mendapatkan kondisi pertumbuhannya yang ideal dengan adanya peningkatan suhu.
b.        Transpirasi
Transpirasi adalah pengeluaran air dari dalam jaringan produk nabati. Laju transpirasi dpengaruhi oleh faktor internal (morfologi/anatomi, rasio permukaan terhadap volume, kerusakan fisik, umur panen) dan faktor eksternal (suhu, RH, pergerakan udara dan tekanan atmosfir). Kehilangan air pada buah-buahan itu terjadi karena faktor transpirasi, dimana laju transpirasi akan dipengaruhi oleh faktor komoditi dan faktor lingkungan dan faktor dari perlakuan setelah panen itu sendiri.
Kehilangan air akibat transpirasi pada buah-buahan dan sayuran akan menyebabkan terjadinya pengkerutan, merusak flavor dan menurunkan kualitas, juga mempengaruhi berat. Kualitas sayuran dan buah-buahan berangsur-angsur turun sejalan dengan transpirasi, respirasi dan perubahan fisik dan kimianya yang terjadi.
Transpirasi yang berlebihan selama penanganan pasca panen tomat akan mengakibatkan pengkerutan dan warna kusam, gagal matang, bau yang kurang sedap. Laju transpirasi buah tergantung dari jenis dan derajat kematangan, hal ini ada hubungannya dengan ketebalan, struktur dari kulit, sel epidermis dan lapisan lilin. Pengaruh dari dari penurunan transpirasi selama penyimpanan pada suhu rendah akan lebih kecil dibandingkan dengan suhu tinggi.
Laju transpirasi akan dipengaruhi oleh faktor komoditi seperti morfologi, anatomi, rasio permukaan, luka dan derajat kematangan dan lingkungan sekitarnya seperti suhu, kelembaban, pergerakan udara dan tekanan atmosfer.
1.4 Pelilinan
Penyimpanan dengan cara pelapisan lilin betujuan untuk menutupi pori-pori kulit buah sehingga dapat menghambat/ menekan laju proses respirasi dan transpirasi yang terjadi pada buah. Buah pisang yang hendak disimpan diberi lapisan lilin dengan cara dicelupkan kedalam larutan lilin. Tebal tipisnya lapisan lilin berpengaruh terhadap daya simpan buah pisang.pelapisan yang terlalu tebal akan menyebabkan buah menjadi cepat rusak karena seluruh pori-pori kulit buah tertutup sehingga menjadi respirasi anaerob yang menyebabkan kerusakan (Anis, 2009).
Pelilinan selain untuk memperbaiki penampilan kulit buah, pelilinan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan, mencegah susut bobot buah, menutup luka atau goresan kecil, mencegah timbulnya jamur, mencegah busuk dan mempertahankan warna. Lilin (wax) yang digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun, harga murah dan mudah diperoleh. Biasanya, buah tersebut dilapisi dengan sejenis lilin ini akan menghambat penguapan saat proses pembusukan buah. Lapisan lilin biasanya ditemui pada buah impor seperti jeruk, apel, pear, mangga (Anis 2009).
Perawatan lilin menunjukkan lilin yang melambat pelunakan buah proses serta degradasi pektin. Pengobatan lilin secara signifikan dapat menurunkan intern pencoklatan dan gejala sifat tepung daging nanas buah-buahan. Perawatan dengan lilin juga menghasilkan perubahan dalam penurunan berat badan. Penurunan berat badan Buah terutama terkait dengan respirasi dan penguapan kelembaban melalui kulit. Lilin bertindak sebagai hambatan, sehingga membatasi perpindahan air dan melindungi kulit buah dari luka pada kulit (Rini, 2008).
Menurut Rini (2008), Waxing atau pelilinan biasanya dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan. Dalam pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutup rapat, sehingga terjadinya metabolisme anaerobik dalam buah dapat dicegah. Jenis lilin yang digunakan adalah emuki lilin-air, yang dalam penggunaan biasanya dicampur dengan fungisida untuk mencegah pembusukan pada buah. Selain dapat memperpanjang masa simpan buah, penggunaan lilin juga akan menambah kilap permukaan buah, sehingga penampakan buah akan lebih baik. Aplikasi pelilinan pada buah-buahan dapat dengan cara pencelupan, penyemprotan dan pembusaan.
II.      METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Waktu dilakukannya pengamatan atau praktikum ini yaitu pavda hari Jum’at, 29 April 2016 pada pukul 13.30 Wita. Tempat dilakukannya praktikum ini yaitu di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu timbangan, gunting, panci, kompor, dan alat tulis menulis.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu buah jeruk, buah apel, plastik wrapping, dan lilin edibel.
2.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum tentang respirasi ini yaitu :
1.        Menyiaokan alat dan bahan.
2.        Menimbang berat awal masing-masing bahasn
3.        Memanskan air hingga mendidih
4.        Menghancurkan lilin yang akan digunakan
5.        Memasukkan buah pada larutan yang telah siap, sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan
6.        Melakukan pengamtan awal kondisi masing-masing buah dan masing masing-masing perlakuan dengan beberapa parameter.
7.        Meletakkan semua sampel buah pada kondisi suhu ruang. Pengamatan dilakukan sekali selama seminggu dengan mengamati beberpa perubahan pada buah.
III.              





















3.2 Pembahasan
Dari hasil yang tersebut dapat dilihat bahwa pada penimbangan berat awal pada buah jeruk dan apel didapatkan berat 0,1 gram dimana buah tersebut masih terlihat segar dan wangi setelah diberi masing-masing perlakuan dimana pada setiap buah diberi perlakuan kontrol yaitu tidak diberi perlakuan, perlakuan wrapping, perlakuan pelilinan dan perlakuan warpping + pelilinan dan disimpan di suhu ruang selama beberapa hari. Pada pengamatan kedua dapat dilihat pada buah jeruk dengan perlakuan pelilinan terjadi perubahan warna dan aroma dimana jeruk awalnya berwarna hijau kekuningan berubah menjadi hijau kecoklatan dan bearoma busuk. Pada buah apel terjadi perubahan warna dan aroma pada perlakuan pelilinan sama halnya buah jeruk, buah apel berubah warna dari warna hijau menjadi hijau kecoklatan dan beraroma busuk.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rini (2008), Waxing atau pelilinan biasanya dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan. Dalam pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutup rapat, sehingga terjadinya metabolisme anaerobik dalam buah dapat dicegah.







IV.         PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa
1.        Faktor yang mempengaruhi masa simpan buah yaitu respirasi dan transpirasi
2.        Waxing atau pelilinan biasanya dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan. Dalam pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutup rapat, sehingga terjadinya metabolisme anaerobik dalam buah dapat dicegah.
3.        Pada buah jerk dan apel terjadi perubahan warna dan aroma pada perlakuan pelilinan hal ini mungkin dipengaruhi oleh cara pelilinan yang tidak tepat.
4.2    Saran
Mahasiswa sudah seharusnya melakukan pengamatan lebih teliti mengenai buah klimaterik dan nonklimaterik.




DAFTAR PUSTAKA
Andi, 2013. Proses Pelilinan pada Komoditas Hortikultura. http://emmynovia.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 April 2016.

Anis, 2009. Pelilinan Wax pada Buah-buahan.http://iwanmalik.wordpress.com. Diakses pada 30 April 2016.

Helmiyesi, Rini Budi Hastuti, dan Erma Prihastanti, 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan Vitamin C pada Buah Jeruk Siam ( Citrus nobilis var. microcarpa ). Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XVI.

Herawati Heny, 2008. Penentuan Umur Simpan pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 27(4).

Imawati, H. 2006. Analisis Pendapatan Home Industri Sari Buah Apel Di Kota Batu (Doctoral Dissertation, University Of Muhammadiyah Malang).

Pangestuti R dan A Sugiyatno, 2004. Pelilinan pada Buah Jeruk (Waxing). Batu : Citrusindo volume 1.

Soelarso, I. R. B. 2006. Budi Daya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius.

















1 komentar:

  1. Hard Rock Hotel & Casino Laughlin, NV - Mapyro
    Find all 김해 출장안마 information and best deals 경상북도 출장안마 of Hard Rock Hotel & Casino 익산 출장마사지 Laughlin, 천안 출장안마 NV, 화성 출장마사지 Laughlin, NV, in Nevada, United States.

    BalasHapus