Laporan
Pratikum
Pemuliaan
Tanaman
PERSILANGAN
TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI
Disusun
Oleh
Nama : Ahmad
Nim : G111 14 057
Kelas : B
Kelompok : 4 (Empat)
Asisten : 1. Fatmawati
2. Sulaiman
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau
menyeleksi dari suatu populasi untuk mendapatkan genotipe tanaman yang memiliki
sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai
benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut seringkali
tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat keunggulan yang dimaksud
tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja, melainkan terpisah pada
genotipe yang lainnya.
Misalnya, suatu genotipe mempunyai daya hasil yang tinggi
tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat
lainnya (sebaliknya). Jika seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat
unggul tersebut akan selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu
untuk mendapatkan genotipe yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut
perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan
rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan
tepung sari ke kepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik
pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman
yang menmyerbuk silang (cross polination crop).
Salah satu usaha kita adalah
menciptakan bibit unggul dimana sifat bibit unggul didapatkan dari seleksi alam
dan dapat juga di dapatkan dengan adanya campur tangan manusia melalui
pemuliaan tanaman.
Berdasarkan uraian
diatas maka perlu dilakukan pratikum mengenai persilangan tanaman untuk mengetahui persilangan pada tanaman kedelai dan
tanaman jagung baik pada penyerbukan sendiri maupum penyerbukan silang.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari partikum persilangan
tanaman jagung dan kedelai adalah untuk
1.
Mengetahui cara penanaman yang baik dan
benar,
2.
Mengetahui persilangan yang dilakukan
pada tanaman jagung dan tanaman kedelai baik penyerbukan sendiri maupun
penyerbukan sendiri
3.
Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi persilangan.
Kegunaan dari pratikum
ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa tentang persilangan tanaman jagung
dan persilangan tanaman kedelai.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Sibing
Menurut Salamena
(2012), Silang dalam adalah hasil
persilangan antara individu yang ada hubungan keluarga atau pembuahan sendiri
dan mengarah ke peningkatan homozigot.Silang dalam memberikan akibat buruk dari
individu – individu dalam suatu populasi. Efek silang dalam lebih dikenal
dengan istilah depresi silang dalam.Pada tanaman penyerbuk silang : seperti
jagung maka akibat silang dalam (yakni dipresi = tekanan silang-dalam) sangat
nyata sekali. Tanaman menjadi lebih rendah, ketegapan fekunditas yang menjadi
turun serta bertambahnya sifat – sifat yang mengakibatkan kelemahan tanaman
secara keseluruhan. Dengan demikian silang dalam sebaiknya dihindari, kecuali
kalau prosesnya terkontrol dengan tujuan penciptaan hibrida, dengan
memanfaatkan heterosis sebesar – besarnya.
Silang dalam
yang paling tepat adalah dari proses silang diri. Setiap kali proses silang
diri berjalan maka 50% dari heterozigot akan terhambur, sehingga pada generasi
silang diri ke 7 dan ke 8, maka populasi tanaman praktis akan mewakili oleh
individu – individu homosigous pada sesuatu lokal. Besar
kecilnya dipresi silang dalam pada berbagai tanaman tidak sama besarnya.
Contoh, bawang mengalami silang dalam yang lebih ringan dibanding jagung. Pada
tanaman penyerbuk sendiri dipresi silang dalam tidak ada artinya (Salamena,
2012)
Menurut Salamena
(2012), Silang dalam merupakan persilangan yang dilakukan pada bunga jantan dan
bunga betina yang terletak pada tanaman yang sama. Silang dalam dilakukan
dengan cara membungkus atau menyungkup bunga betina dengan menggunakan plastik.
Tujuannya agar bunga betina tidak
terserbuki oleh bunga jantan dari tanaman lain. Cara persilangan ini adalah
bunga jantan dibungkus dengan menggunakan plastik besar, kemudian digoncang
agar serbuk sari rontok ke dalam plastik, lalu plastik tersebut disungkupkan
kembali ke dalam pada bunga betina dan digoncang kembali atau serbuk sari dan
kepala putik menempel secara merata
2.2
Komposit
Menurut Irani (2013),
jagung komposit adalah varietas hasil seleksi generasi lanjut dari populasi
yang merupakan campuran dari berbagai breeding material. Keunggulan jagung
komposit adalah daya adaptasi
luas, sebagian berumur genjah
dapat dikembangkan di lahan marginal maupun lahan subur, dan
tahan kekeringan, selain
itu harga benih relatif
murah dan dapat
digunakan sampai beberapa generasi, namun
kekurangannya adalah kapasitas produksi jagung
jenis ini rendah
hanya sekitar 3-5 ton per hektar.
2.3
Persilangan Kedelai
Tanaman
kedelai ini merupakan tanaman menyerbuk sendiri (autogami) yang memiliki bunga
sempurna (hermaprhodit/banci) karena putik dan benangsari terletak dalam satu
bunga. Bunga kedelai berbentuk kupu-kupu dengan 3 mahkota yang menutupi alat
kelamin secara sempurna (oleh sebab itu dinyatakan bahwa tanaman kedelai
merupakan penyerbuk sendiri). Bunga kedelai berukuran sekitar 5-8mm ketika
membuka penuh. Warna mahkota bervariasi ada yang ungu ataupun putih tergantung
dari varietas yang ditanam. Putik bunga sangat kecil berukuran sekitar 3 mm dan
berbentuk menyerupai calon polong. Setelah pembuahan terjadi putik tidak akan
gugur dan berkembang menjadi polong kedelai. Benangsari bunga kedelai juga
berukuran sangat kecil. Tangkai benangsari menyatu dan membentuk suatu selaput
tipis yang menutupi/mengelilingi putik. Selaput ini mendukung benang sari diatasnya (Suryati, 2013).
Bunga ini
akan mulai membuka pada pukul 05.00 pagi. Penyerbukan alami akan terjadi pada
saat serbuk sari matang yaitu pada saat bunga mekar sempurna (06.00-10.00).
Pada saat itulah hendaknya penyerbukan/persilangan tanaman dilakukan. Letak
anther pada bunga kedelai lebih panjang daripada stigma (disebut juga dengan
heteromorfik). Namun demikian, bunga kedelai anther (benangsari) dan stigma
(putik) memiliki panjang yang berbeda (heteromorfik). Letak kelopak bunga dan
benangsari sejajar sehingga terkadang menjadi penghalang persilangan yang akan
dilakukan. (Suryati, 2013).
Menurut Suryati (2013), Alat yang harus dipersiapkan untuk menyilangkan bunga adalah pinset, benang
plastik penutup putik dan label. Secara umum proses persilangan bunga kedelai
sama dengan teknik persilangan biasa.
1. Pemilihan Bunga Sebagai
Induk Betina
Satu hal
yang harus diketahui bersama adalah tanaman kedelai merupakan tanaman menyerbuk
sendiri sehigga tanpa penyerbukan bantuan, secara alami bunga akan terserbuki.
Bunga yang dipilih pada adalah bunga yag masih kuncup sehingga dapat diyakini
putik bunga belum terserbuki.
2. Kastrasi
Kastrasi
dilakukan untuk menghindari penyerbukan sendiri (selfing). Kastrasi dilakukan
dengan mengambil seluruh perhiasan bunga dan tentu saja alat kelamin jantan
(benangsari). Kastrasi pada bunga kedelai cukup sulit dilakukan karena bunga
berukuran kecil (sekitar 5-7mm ketika mekar sempurna) juga karena tangkai
benangsari yang saling melekat dan membentuk seludang (selaput) menutupi putik.
Untuk
membuka seludang benangsari gunakanlah pinset dan goyangkan perlahan2 hingga
seludang terbuka, kemudian cabutlah seludang tersebut maka benagsari akan
tercabut. Pada proses ini lakukanlah dengan hati-hati karena dikhawatirkan
putik akan terluka dan akhirnya tidak fertile lagi.
3. Penyerbukan
Untuk
mempermudah penyerbukan maka ambillah sekuntum bunga dari varietas lain,
periksa benangsarinya apakah masih dalam keadaan segar. kemudian oleskan pada
bunga yang sudah dikastrasi.
4. Pembuangan bunga
Dalam satu
dompol terdapat cukup banyak bunga. untuk mempermudah pengamatan maka bunga
dalam dompol yang sama segera dibuang dengan cara menggunting bunga tersebut.
hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam pengamatan polong.
5. Pelabelan
Jangan lupa
melakukan pelabelan agar persilangan mudah diamati. Jika persilangan berhasil
maka setelah tiga hari putik akan membentuk polong.
2.4
Tumpang Sari
Polikultur (tumpang
sari) adalah penanaman dua tanaman secara bersama-sama atau dengan interval
waktu yang singkat, pada sebidang lahan yang sama. Tumpang sari merupakan
sistem penanaman tanaman secara barisan di antara tanaman semusim dengan
tanaman tahunan. Tumpang sari ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan (hara,
air dan sinar matahari) sebaik-baiknya agar diperoleh produksi maksimum (Gusmailina,
2011).
Menurut Sasmita (2012),
Tujuan dari pada tanaman tumpang sari adalah:
a. Memanfaatkan
tempat-tempat yang kosong
b. Menghemat
pengolahan tanah
c. Memanfaatkan
kelebihan pupuk yang diberikan kepada tanaman utamanya
d. Menambah
penghasilan tiap kesatuan luas tanah
e. Memberikan
penghasilan sebelum tanaman utama menghasilkan.
Menurut Gusmailina (2011),
Pengukuran sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindarkan persaingan
unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang dalam ditumpang
sarikan dengan tanaman yang berakal dangkal. Tanaman monokotil yang pada
umumnya mempunyai sistem perakaran yang dangkal, karena berasal dari akar
seminal dan akar buku. Sedangkan tanaman dikotil pada umumnya mempunyai sistem
perakaran dalam, karena memiliki akar tunggang.
Menurut Gusmailina
(2011), Dalam pengaturan tumpang sari tanaman monokotil dengan tanaman dikotil
dapat dilakukan kalau dipandang dari sifat perakarannya, misalnya tumpang sari
jagung dengan jeruk manis. Jeruk manis dapat tumbuh dengan baik, sedangkan
tanaman jagung tumbuh subur tanpa mengganggu kehidupan jeruk manis.
Menurut Gusmailina
(2011), Pengaturan tumpang sari harus diingat bahwa tanaman selalu mengadakan
kompetisi dengan tanaman semusim yang dapat saling menguntungkan, misalnya
antara kacang-kacangan dengan jagung. Jagung menghendaki nitrogen tinggi,
sementara kacang-kacangan, karena kacangan dapat memfiksasi nitrogen dari udara
bebas.
Menurut Adiyoga (2011),
Keuntungan
pola tanam tumpang sari antara lain:
a.
Efisiensi tenaga lebih mudah dicapai karena persiapan
tanam, pengerjaan tanah, pemeliharaan, pemupukan dan pemungutannya lebih mudah
dimekanisir.
b.
Banyaknya tanaman per hektar mudah diawasi dengan
mengatur jarak diantara dan didalam barisan.
c.
Menghsilkan produksi lebih banyak untuk di jual ke
pasar.
d.
Perhatian lebih dapat di curahkan untuk tiap jenis
tanaman sehingga tanaman yang ditanam dapat dicocokkan dengan iklim, kesuburan
dan tekstur tanah .
e.
Resiko kegagalan panen berkurang bila di bandingkan
dengan monokultur .
f.
Kemungkinan merupakan bentuk yang memberikan produksi
tertinggi karena penggunaan tanah dan sinar matahari lebih efisien.
g.
Banyak kombinasi jenis-jenis tanaman dapat menciptakan
stabilitas biologis terhadap serangan hama dan penyakit.
Menurut Adiyoga (2011),
Kelemahan
pola tanam tumpang sari inter cropping antara lain:
a.
Persaingan dalam hal unsur hara
Dalam pola tanam tumpang sari, akan
terjadi persaingan dalam menyerap unsur hara antar tanaman yang ditanam. Sebab,
setiap tanaman memiliki jumlah kebutuhan unsur hara yang berbeda-beda, sehingga
tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu tanaman akan mengalami defisiensi
unsur hara akibat kalah bersaing dengan tanaman yang lainnya.
b.
Pemilihan komoditas
Diperlukan wawasan yang luas untuk
memilih tanaman sela sebagai pendamping dari tanaman utama, karena tidak semua
jenis tanaman cocok ditanam berdampingan. Kecocokan tanaman-tanaman yang akan
ditumpang sarikan dapat diukur dari kebutuhan unsur haranya, drainase, naungan,
penyinaran, suhu, kebutuhan air, dll.
c.
Permintaan Pasar
Pada pola tanam tumpang sari, tidak
selalu tanaman yang menjadi tanaman sela, memiliki permintaan yang tinggi.
Sedangkan, untuk memilih tanaman sela yang cocok ditumpang sarikan dengan
tanaman utama, merupakan usaha yang tidak mudah karena diperlukan wawasan yang
lebih luas lagi. Maka dari itu, diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar
hasil dari tanaman sela tersebut dapat mendatangkan keuntungan pula bagi
petani.
d.
Memerlukan tambahan biaya dan perlakuan
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Pratikum Persilangan
Tanaman dilaksanakan pada hari Senin, 14 September 2015 sampai dengan 7
Desember 2015 di Teaching Farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
Makassar.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam pratikum persilangan tanaman jagung dan kedelai adalah cangkul, parang, dan sabit. Adapun
bahan yang digunakan dalam pratikum persilangan tanaman jagung dan kedelai
adalah benih jagung, benih kedelai, patok, tali, furadan, dan pupuk kandang.
3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1
Pengolahan Lahan
Dalam
praktikum ini, pengolahan lahan dimulai dengan melakukan pembersihan areal
sekitar lahan dengan meggunakan sabit dan cangkul. Hal ini bertujuan agar
memudahkan para praktikan saat proses penggeburan tanah pada lahan. Penggemburan
tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul dan membuatkan bedengan sebanyak dua
bedengan besar untuk masing-massing kelompok. Penggemburan tanah bertujuan
untuk memudahkan akar tanaman jagung untuk menyerap sumber hara dan air yang
ada didalam tanah selain itu pembuatan bedengan bertujuan agar memudahkan dalam
pembagian genotipe tanaman jagung masing-masing kelompok.
3.3.2
Penanaman
Penanaman
jagung dilakukan dengan cara membuat lubang pada setiap bedengan dimana tiap
bedengan terdapat 4 baris untuk tanaman jagung dan 6 baris untuk tanaman
kedelai, dengan kedalaman masing-masing bedengan yaitu kira-kira 2-3 cm. Jumlah
benih jagung dan kedelai dalam setiap lubang yaitu 1-2 biji dengan terlebih
dahulu dicampurkan dengan furadan atau direndam dalam larutan furadam untuk
menghidari serangan hama yang dapat merusak benih. Kemudian setelah itu, diberi
penanda berupa sebuah patok pada setiap varietas tanaman jagung dan kedelai
untuk mempermudah para praktikan dalam meneliti pertumbuhan jagung untuk
masing-masing kelompok.
3.3.3
Pemeliharaan
Pemeliharaan jagung dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu sebagai berikut.
a.
Pengairan
Pengairan terhadap tanaman jagung dan kedelai dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan selang air atau dengan menggunakan
ember. Penggunaan selang dilakukan pada tanaman jagung yang dekat dengan sumber
air sedangkan penggunaan ember dilakukan pada tanaman jagung yang beradah jauh
dari sumber air. Pengairan ini dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari,
sedangkan apabila terjadi hujan maka tidak dilakukan pengairan secara manual.
Pengairan ini bertujuan agar tanaman yang masih dalam proses bertumbuh tidak
kekurangan air yang dapat menyebabkan tanaman layu atau kering. Pengairan
dilakukan hingga tanaman sudah cukup dewasa. Pengairan juga harus dilakukan
secara seimbang agar tanaman jagung dan
kedelai tidak terlalu kelebihan atau kekurangan air.
b.
Pemupukan
Pemupukan pada tanaman jagung dilakukan sebayak tiga
kali yaitu pada saat benih jagung berumur kira-kira 15 hari, pada saat jagung
sudah mulai dewasa yaitu umur 1 bulan dan pada saat jagung sudah mulai muncul
bunga jantan dan bunga betina. Pemupukan pertama bertujuan agar akar pada benih
jagung cepat tumbuh. Pemberian pupuk kedua bertujuan agar jumlah daun yang
tumbuh banyak dan memiliki batang yang kuat. Sedangkan pada pemupukan ketiga
bertujuan agar bunga jantan dan bunga betina cepat tumbuh sehingga dapat segera
disilangkan. Pupuk yang dipakai pada
praktikum ini yaitu pupuk kimiawi ( urea dan ponska) dikarenakan
pupuk jenis ini memiliki respon yang cepat terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
c.
Penyiangan dan Penyulaman
Penyiangan ini dilakukan pada
masa awal pertumbuhan tanaman jagung karena tanaman jagung sangat peka terhadap
persaingan dengan gulma yang dapat tumbuh disekitar tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
mencabuti rumput yang ada disekitar tanaman jagung atau dapat juga menggunakan
kayu untuk membantu mencabut gulma. Penyulaman dilakukan pada tanaman jagung
yang mati atau tidak tumbuh. Penyulaman ini dilakukan ketika umur jagung masih
sekitar 6-7 hari.
3.3.4
Persilangan
Persilangan pada tanaman jagung dilakukan dengan cara
menyungkup bunga betina yang sudah memiliki rambut atau bulu dengan panjang
kurang lebih 2 cm dengan menggunakan plastik bening dengan memberi label pada
plastik sebagai penanda . Jika terdapat rambut yang panjangnya sudah lebih 2 cm
maka harus dipotong terlebih dahulu pada ujung bulu jagung tersebut. Sedangkan
pada bunga jantan dilakukan penyungkupan satu hari sebelum dilakukan
penyilangan dengan bunga betina. Persilangan dilakukan dengan menggunakan 2
teknik penyilangan yaitu sebagai berikut
a. Persilangan Jagung Komposit
Teknik ini dilakukan
dengan cara mencampurkan serbuk sari (polen) dari bunga jantan pada suatu
varietas (G5A) kemudian disilangkan dengan bunga betina(rambut tongkol) pada
varietas (G4A) kemudian disungkup menggunakan amplop dari pembungkus nasi.
b. Persilangan Secara Sibbing
Persilangan
tanaman jagung yang dilakukan Secara Sibbing adalah persilangan saudara
kandung dimana serbuk
sari tersebut berasal dari tanaman lain tetapi dalam galur yang sama. Pada praktikum ini, digunakan serbuk sari (polen)
dari bunga jantan pada tanaman genotipe yang sama yaitu pada setengah baris
untuk genotype G10, G5A, dan G4A yang kemudian disilangkan untuk setengah baris
dari masing-masing genotipe tersebut.
Adapun persilangan pada
tanaman kedelai adalah membuang kepala sari tetua betina, kemudian kepala
putiknya diserbuki dengan serbuk sari viabel dari tetua jantan yang telah
disiapkan. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai berbunga (30-50 HST),
sampai bunga habis. Pada tanaman tetua betina diberikan label yang menyatakan
kombinasi persilangan. Persilangan dilakukan setiap hari (kecuali hujan) mulai
pukul 08.00-11.00.
DAFTAR
PUSTAKA
Adiyoga, W.,
Suherman, R., Gunadi, N., & Hidayat, A. 2011. Aspek nonteknis dan indikator
efisiensi sistem pertanaman tumpang sari sayuran dataran tinggi. Jurnal
Hortikultura, 14(3).
Gusmailina,
Z., & Sumadiwangsa, E. S. 2011. Pengolahan Nilam Hasil Tumpang Sari Di Tasikmalaya.
J Penel Hasil Hutan, 23(1), 1-14.
Iriany, R.
N., & Andi Takdir, M. 2013. Asal, Sejarah, Evolusi, Dan Taksonomi Tanaman
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Salamena, J.
F., Noor, R. R., Sumantri, C., & Inounu, I. 2012. Hubungan genetik, ukuran
populasi efektif dan laju silang dalam per generasi populasi domba di Pulau
Kisar. J. Indon. Trop. Anim. Agric, 32(2), 71-75.
Sasmita, P.,
Purwoko, B. S., Sujiprihati, S., Hanarida, I., Dewi, I. S., & Chozin, M. A.
2012. Evaluasi pertumbuhan dan produksi padi gogo haploid ganda toleran naungan
dalam sistem tumpang sari. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of
Agronomy), 34(2).
Suryati, D.,
& Chozin, M. 2013. Analisis stabilitas galur-galur harapan kedelai
keturunan dari persilangan Malabar dan Kipas Putih. J. Akta Agrosia Edisi
Khusus, (2), 176-180.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar