UJI
VIABILITAS TEPUNG SARI (POLLEN)
![]() |
Disusun
Oleh
Nama :Ahmad
Nim :
G111 14 057
Kelas : B
Kelompok : 4 (Empat)
Asisten : 1. Fatmawati
2. Sulaiman
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini
dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai
tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakatpesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang
dihasilkan tumbuhan ini.
Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang
bercabang. Akar serabut,
tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir
pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe
monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik) yang berkayu sehingga kayunya kurang baik digunakan untuk
bangunan.
Daun tersusun secara majemuk,
menyirip sejajar tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada
batang, warna daun hijau kekuningan. Bunga tersusun majemuk pada
rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga jantan dan betina,
berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan
di bagian yang jauh dari pangkal.
Buah besar, diameter 10 cm sampai
20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat; buah tersusun
darimesokarp berupa serat yang berlignin,
disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang
keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp
melindungi biji yang
hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp.
Berdasarkan uraian
diatas maka perlu dilakukan pratikum mengenai viabilitas pollen untuk
mengetahui pengaruh lama daya simpan terhadap viabilitas serbuk sari (pollen)
pada tanaman kelapa.
1.2 Tujuan Pratikum
Tujuan dari pratikum
viabilitas pollen adalah
1. Untuk
mengetahui ketahanan suatu serbuk sari kelapa terhadap media buatan.
2. Untuk
mengetahui kegunaan dan fungsi dari viabilitas pollen terhadap pertumbuhan
tanaman kelapa.
1.3 Kegunaan Pratikum
Kegunaan dari prtikum
ini adalah unruk menambah pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana cara
menumbuhkan suatu pollen menggunakan media MS serta
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Klasifikasi
Tanaman Kelapa ( Cocos nucifera L)
Menurut Pandin, D. S
(2010),
klasifikasi tanaman kelapa (Cocos
nucifera L) yaitu :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
2.2
Morfologi Tanaman Kelapa
2.2.1
Daun
Menurut Fauzi (2006), Tanaman
kelapa memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di
bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan
keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua
sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai
tulang daun. Daun pada tanaman kelapa di mulai biji sudah berkecambah daan
memiliki 4-6 helai daun mudah. Daun tersusun saling membalut satu sama lain dan
berwarna hijau mudah. Bentuk daun hampir menyerupai kelapa sawit.
2.2.2
Batang
Tanaman kelapa umumnya memiliki
batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan (Novarianto, H. 2008).
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan (Novarianto, H. 2008).
Menurut Purnasari
(2013), Di batang
tanaman kelapa terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh
dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua,
pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas,
sehingga batang kelapa tampak berwarna hitam beruas.
2.2.3
Akar
Kelapa merupakan tumbuhan monokotil
yang tidak memiliki akar tunggang. Akar kelapa merupakan
akar serabut, tebal dan berkayu yang berkerumun membentuk bonggol.Radikula
(bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan
terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa terus
berkembang (Novarianto,
H. 2008).
Menurut Fauzi (2006),Susunan
akar kelapa terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam
tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang
manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga
akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran
tanaman kelapa bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Tanaman
kelapa yang baru bertunas mempunyai akar tunggang. Namun, pertumuhan akat
tersebut sangat cepat dan akan terlihat seperti berlapis. Akar tanaman memiliki
struktur yang lembut di bagian dalam dan berair, serta berwarna kecoklatan
2.2.4
Bunga
Tanaman kelapa yang berumur tiga
tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina.
Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat.
Tanaman kelapa mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Bunganya merupakan
bunga majemuk dan buahnya berukuran besar dengan diameter kira-kira 10-20 cm. Tanaman kelapa berbunga
setelah berumur 3-4 tahun, dan tumbuh pada ketiak dauan bagian luar yang diselubungi
oleh seludang yang disebut mancung ( saptha ). Bertujuan untuk melindungin
calon bunga dan buah pada pohon kelapa (Palupi, 2008).
Menurut Palupi (2008), Buah kelapa
tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah
(mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji
(endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging
biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga
(embryo). Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke
dua arah.
1.
Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan
plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun
2.
Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan
radicula yang selanjutnya akan menjadi akar.
Buah yang sangat muda berwarna hijau
pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian
menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika
sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles) (Palupi,
2008).
2.3
Serbuk Sari (Pollen)
Menurut Harahap (2008),
Serbuk sari adalah massa mikrospora pada benih tumbuhan yang muncul biasanya
sebagai debu halus. Setiap butir serbuk sari adalah badan kecil, dari berbagai
bentuk dan struktur, dibentuk pada antera, atau aparatus jantan, pada tanaman
berbiji dan diangkut dengan berbagai cara (angin, air, serangga, dll) ke putik,
atau struktur betina, di mana pembuahan terjadi. Butiran serbuk sari tanaman
berbunga (angiosperma) terdiri dari tiga bagian yang berbeda. Bagian sitoplasma
pusat adalah sumber inti bertanggung jawab untuk fertilisasi. Bagian lain yang
merupakan dinding butiran adalah lapisan dalam, intine, dan lapisan luar,
disebut exine. Intine terdiri, setidaknya sebagian, dari selulosa. Lapisan luar
dan paling tahan lama, exine, sangat resisten terhadap penguraian; pengobatan
dengan panas yang hebat, asam kuat, atau basa kuat akan memiliki pengaruh kecil
padanya.
Menurut Sari
(2010), Serbuk sari atau pollen merupakan alat penyebaran dan
perbanyakan generatif dari tumbuhan berbunga. Serbuk sari merupakan
modifikasi dari sel sperma.
Secara sitologi, serbuk sari merupakan sel
dengan tiga nukleus,
yang masing-masing dinamakan inti
vegetatif, inti generatif I,
dan inti generatif II. Sel dalam
serbuk sari dilindungi oleh dua lapisan (disebut intine untuk yang di dalam dan exine yang di bagian luar) untuk mencegahnya mengalami
dehidrasi. Serbuk sariPollen itu sendiri tidak gamet laki-laki, tetapi
masing-masing berisi butir serbuk sari vegetatif (non-reproduktif) sel-sel
(hanya satu sel di sebagian besar tumbuhan berbunga tetapi beberapa tumbuhan
lain) dan generatif (reproduktif) sel yang mengandung dua nukleus: tabung inti
(yang memproduksi tabung serbuk sari) dan inti generatif (yang membagi untuk
membentuk dua sel sperma). Sekelompok sel yang dikelilingi oleh selulosa
dinding sel yang kaya disebut intine, dan tahan dinding luar sebagian besar
terdiri dari sporopollenin disebut exine.
Penyimpanan pollen
diperlukan jika tanaman yang akan disilangkan memiliki waktu masak yang
berbeda, sehingga pollen perlu disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk
memastikan kesegarannya sebelum digunakan untuk menyerbuki kepala putik.
Penyimpanan pollen juga diperlukan jika tanaman yang akan disilangkan memiliki
lokasi berjauhan. Mengkoleksi butiran pollen pada kondisi viable merupakan
persyaratan utama untuk menjamin kesegaran polen dalam jangka waktu yang cukup
panjang. Polen yang dikoleksi pada masa awal berbunga, pertengahan masa
berbunga atau akhir masa berbunga, akan memiliki variasi lamanya polen dapat
disimpan. Polen yang dikoleksi pada pagi, siang atau sore juga berespon berbeda
terhadap lama penyimpanan. Umumnya, polen yang diambil segera setelah bunga
mekar akan memiliki daya simpan terbaik Penyimpanan serbuk sari adalah teknik
penting untuk program pelestarian plasma nutfah dan pemuliaan. Selama periode
penyimpanan, factor-faktor seperti suhu dan kelembaban berpengaruh pada panjang
umur serbuk sari (Sari, 2010).
Menurut Luawo (2014), Serbuk
sari diproduksi dalam microsporangium (yang terkandung dalam sebuah Angiosperm
antera bunga, laki-laki kerucut dari tanaman termasuk jenis pohon jarum, atau
laki-laki kerucut tumbuhan lain). Serbuk sari datang dalam berbagai bentuk
(paling sering bola), ukuran, dan tanda-tanda permukaan karakteristik spesies
(lihat elektron mikrograf di kanan atas). Serbuk sari pinus, cemara, dan cemara
yang bersayap. Butiran serbuk sari yang terkecil, bahwa dari Myosotis spp.,
Adalah sekitar 6 μm (0,006 mm) diameter. Angin-borne serbuk sari dapat lebih
besar sekitar 90-100 μm. Studi serbuk sari disebut Palinologi dan sangat
berguna dalam Paleoecology, paleontologi, arkeologi, dan forensik.
Menurut Sutopo (2010), Serbuk sari
akanberkecambah pada permukaan kepala putik dan membentuk suatu tabung sari.
Tabung sari ini akan tumbuh melalui jaringan tangkai putik menuju ke bakal
biji. Di dalam kantong embrio akan terjadi pembuahan ganda yaitu satu gamet
jantan dari tabung sari akan bergabung dengan sel telur membentuk embrio
danyang satunya bergabung dengan inti kutub membentuk endosperm.
Menurut Perveen (2007), Serbuk
sari merupakan struktur yang digunakan untuk
mengangkut gamet jantan ke gamet betina dari bunga. Mempertahankan kapasitas perkecambahan serbuk
sari yang tersimpan dapat berguna dalam menghemat
waktu dalam program hibridisasi dan juga dalam perbaikan tanaman.
Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama dalam mempengaruhi
perilaku serbuk sari. Kedua factor lingkungan tersebut apabila terdapat
pada kondisi yang optimum akan mengakibatakan kenaikan viabilitas polen.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Pratikum Viabilitas
Pollen dilaksanakan pada hari Senin, 19 Oktober 2015 pukul 08.00 s/d selesai di
Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Haasanuddin,
Makassaar.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam pratikum Viabilitas Pollen adalah kuas, cawan petri, gelas ukur, hot
plate, dan bunsen. Adapun bahan yang digunakan dalam pratkum Viabiitas Pollen
adalah gula pasir, alumunium foil, plastik wrapping, alkohol 70%, label, pollen
(serbuk sari) kelapa, agar, air, dan larutan stok.
3.3
Metode Pelaksanaan
Adapun metode pelaksaan pratikum
viabilitas pollen adalah
1. Menyiapkan
alat dan bahan.
2. Mensteerilkan
cawan petri yang akan digunakan
3. Membuat
media MS dengan cara mencampur semua bahan yang telah ditimbang lalu dipanaskan
diatas hot plate sampai mendidih
4. Menuangkan
media yang telah dingin kedalam cawan petri
5. Menggores
media didalam laminar air flow dengan terlebih dahulu mengemprotkan tangan dengan alkohol agar
tangan steril dari mikroba yang akan merusak media
6. Mensterilkan
cawan petri dengan cara pemijaran pada bunsen
7. Mengambil
serbuk sari (pollen) kelapa dengan bantuan kuas lalu membuat goresan berbentuk
Z pada cawan petri yang berisi media lalu menutupnya kembali dan melilitkan
plastik wrapping di pinggiran cawan.
8.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Gambar 4.1 Penggoresan Pollen Pada
Media MS
4.2
Pembahasan
Hasil yang diperoleh
pada pratikum viabilitas ini yaitu pollen yang ditanami di media MS tidak
tumbuh, hal ini ditandai dengan tidak ada pollen yang mengalami perkembangan
menjadi tumbuhan baru. Ada beberapa faktor yang mempengruhi tingkat
keberhasilan kultur pollen ini salah satunya adalah berasal dari pratikum itu
sendiri dimana kurangnya perhatian terhadap prosedur kerja serta langkah kerja
hal ini disebabkan karena jumlah peserta pratikum terlalu banyak sehingga
tingkat terjadinya kontaminasi lebih besar.
Selain itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan pratikum ini yaitu kondisi pollen yang tidak memungkinkan untuk
ditanam ataupun pollen tersebut belum masak fisiologis sehingga pollen tersebut
tidak tumbuh.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Sari (2010), Penyimpanan pollen diperlukan jika tanaman yang akan kultur
memiliki waktu masak yang berbeda, sehingga pollen perlu disimpan dalam jangka
waktu tertentu untuk memastikan kesegarannya sebelum digunakan untuk ditanami. Polen
yang dikoleksi pada pagi, siang atau sore juga berespon berbeda terhadap lama
penyimpanan. Umumnya, polen yang diambil segera setelah bunga mekar akan
memiliki daya simpan terbaik.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang
telah didapatkan pada pratikum viabitas pollen, maka dapat disimpulkan bahwa
1. Faktor
yang mempengaruhi tumbuh tidaknya suatu pollen adalah keadaan pollen yang
kurang sehat dan pollen belum masak secara fisiologis
2. Penyimpanan
pollen diperlukan jika tanaman yang akan kultur memiliki waktu masak yang
berbeda, sehingga pollen perlu disimpan dalam jangka waktu tertentu
3. Pollen
tidak baik digunakan untuk perbanyakan generatif karena pollen harus tumbuh
dalam keadaa dan kondisi yang memungkinkan maka dari itu pollen hanya untuk
penbanyakan vegetatif saja.
5.2
Saran
Saran saya terhadap
laboratorium agar asisten memberi informasi yang lengkap dan terperinci agar
tidak terjadi kesalahan baik dalam penulisan laporan maupun proses pratikum di
dalam laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
Fauzi, Y.,
Widyastuti, Y. E., Satyawibawa, I., & Paeru, R. H. 2006. Kelapa sawit.
Penebar Swadaya Grup.
Harahap, E.
M.2008. Peranan Tanaman Kelapa Sawit pada Konservasi Tanah dan Air.
Luawo, R. R.
L. 2014. Proses Pengolahan Pollen Pinang (Areca catechu L.) Dan Uji
Viabilitasnya Pada Media Buatan (Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Gorontalo).
Novarianto,
H. 2008. Perakitan kelapa unggul melalui teknik molekuler dan implikasinya
terhadap peremajaan kelapa di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian,
1(4), 259-273.
Palupi, E.
R., & Dedywiryanto, Y. 2008. Kajian Karakter Ketahanan terhadap Cekaman
Kekeringan pada Beberapa Genotipe Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurnal Agronomi
Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy), 36(1).
Pandin, D.
S.2010. Penanda DNA untuk pemuliaan tanaman kelapa (Cocos nucifera L.). Jurnal
Perspektif, 9(1), 21-35.
Perveen,
A. 2007. Pollen germination capacity, viability and Maintanence of Pisium
sativum L papilionaceae). Middle-East Journal of Scientific Research
2: 79-81.
Purnasari, T.,
Muhammad, A., & Salbiah, D. 2013. Keanekaragaman Dan Biomassa Rayap Tanah
Di Kebun Kelapa Sawit Dan Kebun Pekarangan Pada Lahan Gambut Di Kawasan Bukit
Batu, Riau.
Sari, N. K.
Y., Kriswiyanti, E., & Astarini, i. A. 2010. Uji Viabilitas dan
Perkembangan Serbuk Sari Buah Naga Putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britton
& Rose), Merah (Hylocereus polyrhizus (Web.) Britton & Rose) dan Super
Merah (Hylocereus costaricensis (Web.) Britton & Rose) Setelah Penyimpanan.
Jurnal Biologi, 14(2).
Sutopo,
Lita. 2010. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
LAMPIRAN
![]() |
![]() |
||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
||||||








Tidak ada komentar:
Posting Komentar