BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sorgum
merupakan genus yang terdiri dari 20 spesies rumput-rumputan, berasal dari
kawasan tropis hingga subtropis di Afrika Timur, dengan satu spesies di
antaranya berasal dari Meksiko. Tanaman ini dibudidayakan di Eropa Selatan,
Amerika Tengah dan Asia Selatan. Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae
dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara
spesies-spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum
bicolor (japonicum).
Tanaman
yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama “Cantel” ini sekeluarga
dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum
serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi, tanaman-tanaman
tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga sering
disebut sebagai Gramineae (rumput-rumputan). Tanaman sorgum merupakan
jenis tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat, lemak,
kalsium, besi, serta fosfor. Selain dapat digunakan sebagai pengganti pangan,
sorgum bisa digunakan sebagai bahan baku industri kertas, bahan baku pakan
ternak, serta bahan baku media jamur merang. Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan pratikum mengenai identifikasi tanaman
sorgum untuk mengetahui dan lebih mengenal tentang tanaman sorgum
1.2
Tujuan dan Kegunaan
1.2.1
Tujuan
Tujuan
dari pratikum identifikasi tanaman sorgum adalah untuk mengidentifikasi tanaman
sorgum secara kualitatif dan kuantitatif.
1.2.2
Kegunaan
Kegunaan
dari pratikum identifikasi tanaman sorgum adalah sebagai bahan informasi bagi pratikan
agar lebih mudah mengenal tanaman sorgum.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi Tanaman
2.2 Deskripsi Tanaman Sorgum
Menurut Taufik (2014), deskripsi tanaman sorgum untuk
varietas Super-1 adalah sebagai berikut:
Tahun dilepas : 2013
Asal : Pulau Sumba, NTT
Umur : Berbunga 50% : 56 hari
Panen : 105 - 110 hari
Tinggi tanaman : 21,65 cm
Sifat tanaman : Menghasilkan ratun
Kedudukan tangkai : Di pucuk
Bentuk daun : Pita
Jumlah daun : 12 helai
Sifat malai : Kompak
Bentuk malai : Elips
Panjang malai : 26,67 cm
Sifat sekam : Setengah tertutup (depan), setengah tertutup
Asal : Pulau Sumba, NTT
Umur : Berbunga 50% : 56 hari
Panen : 105 - 110 hari
Tinggi tanaman : 21,65 cm
Sifat tanaman : Menghasilkan ratun
Kedudukan tangkai : Di pucuk
Bentuk daun : Pita
Jumlah daun : 12 helai
Sifat malai : Kompak
Bentuk malai : Elips
Panjang malai : 26,67 cm
Sifat sekam : Setengah tertutup (depan), setengah tertutup
(belakang)
Warna sekam : Coklat muda
Bentuk/sifat biji : Bulat lonjong
Ukuran biji : Panjang : 4,37 mm
Lebar : 4,03 mm
Diameter : 2,60 mm
Warna biji : Putih
Bobot 1000 biji : 32,10 g, k.a. 10%
Rata-rata hasil : 2,66 t/ha k.a. 10%
Potensi Hasil : 5,75 t/ha k.a. 10%
Kerebahan : Tahan
Ketahanan : Agak tahan hama Aphis, tahan terhadap penyakit
Warna sekam : Coklat muda
Bentuk/sifat biji : Bulat lonjong
Ukuran biji : Panjang : 4,37 mm
Lebar : 4,03 mm
Diameter : 2,60 mm
Warna biji : Putih
Bobot 1000 biji : 32,10 g, k.a. 10%
Rata-rata hasil : 2,66 t/ha k.a. 10%
Potensi Hasil : 5,75 t/ha k.a. 10%
Kerebahan : Tahan
Ketahanan : Agak tahan hama Aphis, tahan terhadap penyakit
Antraknose, tahan terhadap penyakit
karat
daun,dan hawar daun
Kadar protein : 12,96%
Kadar lemak : 2,21%
Kadar karbohidrat : 71,32%
Kadar tannin : 0,11%
Kadar magnesium : 90,33
Kadar phospor : 249,88
Kadar gula brix : 13,47%
Produksi etanol : 2851 l/ha
Potensi etanol : 4220 l/ha
Bobot biomas batang : 17.05 t/ha
Potensi produksi biomas : 38,70
Pemulia : Marcia B. Pabendon, SigitBudi Santoso, Amir
Kadar protein : 12,96%
Kadar lemak : 2,21%
Kadar karbohidrat : 71,32%
Kadar tannin : 0,11%
Kadar magnesium : 90,33
Kadar phospor : 249,88
Kadar gula brix : 13,47%
Produksi etanol : 2851 l/ha
Potensi etanol : 4220 l/ha
Bobot biomas batang : 17.05 t/ha
Potensi produksi biomas : 38,70
Pemulia : Marcia B. Pabendon, SigitBudi Santoso, Amir
Nur, Muzdalifah, Nuning Argosubekti,
Sumarni
Singgih, M. Azrai
Pengusul : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pengusul : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Menurut
Taufik (2014), adapun deskripsi untuk tanaman sorgum varietas super 2 G wray
yaitu sebagai berikut :
Tahun dilepas : 2013
Asal : ICRISAT
Umur : Berbunga 50% : 60 hari
Panen : 115 - 120 hari
Tinggi tanaman : 229,71 cm
Sifat tanaman : Menghasilkan ratun
Kedudukan tangkai : Di pucuk
Bentuk daun : Pita
Jumlah daun : 14 helai
Sifat malai : Agak terserak
Bentuk malai : Simetris
Panjang malai : 26,38 cm
Sifat sekam : Setengah tertutup (depan), setengah biji tertutup
Asal : ICRISAT
Umur : Berbunga 50% : 60 hari
Panen : 115 - 120 hari
Tinggi tanaman : 229,71 cm
Sifat tanaman : Menghasilkan ratun
Kedudukan tangkai : Di pucuk
Bentuk daun : Pita
Jumlah daun : 14 helai
Sifat malai : Agak terserak
Bentuk malai : Simetris
Panjang malai : 26,38 cm
Sifat sekam : Setengah tertutup (depan), setengah biji tertutup
(belakang)
Warna sekam : Putih krem di depan, coklat bagian belakang
Bentuk biji : Gepeng runcing di ujung
Ukuran biji : Panjang : 4,63 mm
Lebar : 4,03 mm
Diameter : 2,92 mm
Warna biji : Krem kemerahan
Bobot 1000 biji : 30,10 g, k.a. 10%
Rata-rata hasil : 3,03 t/ha k.a. 10%
Potensi Hasil : 6,33 t/ha k.a. 10%
Kerebahan : Tahan
Ketahanan : Agak tahan hama Aphis, tahan terhadap penyakit
Warna sekam : Putih krem di depan, coklat bagian belakang
Bentuk biji : Gepeng runcing di ujung
Ukuran biji : Panjang : 4,63 mm
Lebar : 4,03 mm
Diameter : 2,92 mm
Warna biji : Krem kemerahan
Bobot 1000 biji : 30,10 g, k.a. 10%
Rata-rata hasil : 3,03 t/ha k.a. 10%
Potensi Hasil : 6,33 t/ha k.a. 10%
Kerebahan : Tahan
Ketahanan : Agak tahan hama Aphis, tahan terhadap penyakit
Antraknose, tahan terhadap penyakit
karat daun,
dan hawar daun
Kadar protein : 9,22%
Kadar lemak : 3,09%
Kadar karbohidrat : 75,62%
Kadar tannin : 0,27%
Kadar magnesium : 91,11
Kadar phosphor : 255,47
Kadar gula brix : 12,65%
Produksi etanol : 2766 l/ha
Potensi etanol : 4119 l/ha
Bobot biomas batang : 20,66 t/ha
Potensi produksi biomas : 39,30 t/ha
Pemulia : Marcia B. Pabendon, SigitBudi Santoso, Amir
Kadar protein : 9,22%
Kadar lemak : 3,09%
Kadar karbohidrat : 75,62%
Kadar tannin : 0,27%
Kadar magnesium : 91,11
Kadar phosphor : 255,47
Kadar gula brix : 12,65%
Produksi etanol : 2766 l/ha
Potensi etanol : 4119 l/ha
Bobot biomas batang : 20,66 t/ha
Potensi produksi biomas : 39,30 t/ha
Pemulia : Marcia B. Pabendon, SigitBudi Santoso, Amir
Nur, Muzdalifah, Nuning Argosubekti,
Aviv
Andriani, Sumarni Singgih, Fatmawati
Rafid, M.
Azrai.
Pengusul : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pengusul : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2.3 Morfologi Sorgum
Menurut
sejarah, tanaman sorgum berasal dari benua Afrika dan nenek moyang tanaman ini
adalah sejenis rumput-rumputan dengan nama latin Andropogon halepensis
atau di jawa dikenal sebagai rumput glagah rayung. (Idrus,2014).
Menurut Idrus
(2014), secara morfologi pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat pair fang dengan ukuran biji kira
-kira 4 x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg - 50 mg, rata-rata
berat 28 mg. Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
Ø sorgum biji kecil (8 - 10 mg)
Ø sorgum biji sedang ( 1 2 - 24 mg)
Ø sorgum biji besar (25-35 mg)
Kulit biji
ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih disebut sorgum kafir
dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk varietas Feterita. Warna
biji ini merupakan salah satu kriteria menentukan kegunaannya. Varietas yang
berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini
cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak, roti dan lain-lainnya. Sedangkan
varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan
rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar pembuatan
minuman. Untuk memperbaiki warm biji ini, biasanya digunakan larutan asam
tamarand atau bekas cucian beras yang telah difermentasikan dan kemudian
digiling menjadi pasta tepung. (Idrus, 2014).
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor)
merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum
termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu
bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga di
tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman. (Idrus, 2014).
Bentuk tanaman ini secara umum
hampir mirip dengan jagung yang membedakan adalah tipe bunga dimana jagung
memiliki bunga tidak sempurna sedangkan sorgum bunga sempurna. Menurut Sirappa
(2011), Morfologi dari tanaman sorgum adalah:
a.
Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut
b.
Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal yang
terdiri atas ruas-ruas
c.
Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan
auricle
d.
Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi
bulir-bulir sorgum.
Pada daun sorgum terdapat lapisan
lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut
menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat
rendah. Lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam
cekaman kekeringan. (Sirappa,
2011)
Tipe
perkecambahan pada tanaman sorgum adalah Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang
dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif
tetap posisinya. Tanaman sorgum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara
alami. (Idrus, 2014)
2.4 Taksonomi Sorgum
Menurut Widowati (2010), Klasifikasi
tanaman sorgum adalah
Kingdom/Kerajaan :
Plantae/ Plants
Sub kingdom/Sub kerajaan : Tracheobionta/ Vascular Plants
Super division/Super divisi : Spermatophyta/
Seed Plants
Division/Divisi :
Magnoliophyta/ Flowering Plants
Classis/Kelas :
Liliopsida/ Monocotyledons
Sub classis/Sub Kelas :
Commelinidae
Ordo/Bangsa :
Cyperales
Familia/Suku :
Poaceae (Gramineae)/ Grass Family
Genus/Marga : Sorghum Moench/ Sorghum
Species (Jenis/ spesies) : Sorghum
bicolor (L.) Moench
Binomial Name/Nama Latin/Nama Ilmiah : Sorghum bicolor (L.) Moench
International Name/Nama Inggris : Sorghum
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum
identifikasi tanaman sorgum dilaksanakan pada buln September sampai dengan
bulan Desember 2015 di Exfarm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
Makassar
3.2 Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan pada pratikum identifikasi tanaman sorgum adalah benih kedelai varietas Super 1 dan Super 2 G-Wray, pupuk furadan dan air. Alat
yang digunakan dalam pratikum identifikasi tanaman sorum adalah cangkul, patok,
meteran, ember, dan papan nama.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Cara Kerja
3.3.1.1
Pengolahan Lahan
Dalam
praktikum ini, pengolahan lahan dimulai dengan melakukan pembersihan areal
sekitar lahan dengan meggunakan sabit dan cangkul. Hal ini bertujuan agar
memudahkan para praktikan saat proses penggeburan tanah pada lahan.
Penggemburan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul dan membuatkan bedengan
sebanyak dua bedengan besar untuk masing-massing kelompok. Penggemburan tanah
bertujuan untuk memudahkan akar tanaman jagung untuk menyerap sumber hara dan
air yang ada didalam tanah selain itu pembuatan bedengan bertujuan agar
memudahkan dalam pembagian genotipe tanaman jagung masing-masing kelompok.
3.3.1.2
Penanaman
Penanaman
jagung dilakukan dengan cara membuat lubang pada setiap bedengan dimana tiap
bedengan terdapat 4 baris untuk tanaman jagung dan 6 baris untuk tanaman
kedelai, dengan kedalaman masing-masing bedengan yaitu kira-kira 2-3 cm. Jumlah
benih jagung dan kedelai dalam setiap lubang yaitu 1-2 biji dengan terlebih
dahulu dicampurkan dengan furadan atau direndam dalam larutan furadam untuk menghidari
serangan hama yang dapat merusak benih. Kemudian setelah itu, diberi penanda
berupa sebuah patok pada setiap varietas tanaman jagung dan kedelai untuk
mempermudah para praktikan dalam meneliti pertumbuhan jagung untuk
masing-masing kelompok.
3.3.1.3
Pemeliharaan
Pemeliharaan jagung dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu sebagai berikut.
a.
Pengairan
Pengairan terhadap tanaman jagung dan kedelai dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan selang air atau dengan menggunakan
ember. Penggunaan selang dilakukan pada tanaman jagung yang dekat dengan sumber
air sedangkan penggunaan ember dilakukan pada tanaman jagung yang beradah jauh
dari sumber air. Pengairan ini dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari,
sedangkan apabila terjadi hujan maka tidak dilakukan pengairan secara manual.
Pengairan ini bertujuan agar tanaman yang masih dalam proses bertumbuh tidak
kekurangan air yang dapat menyebabkan tanaman layu atau kering. Pengairan
dilakukan hingga tanaman sudah cukup dewasa. Pengairan juga harus dilakukan
secara seimbang agar tanaman jagung dan
kedelai tidak terlalu kelebihan atau kekurangan air.
b.
Pemupukan
Pemupukan pada tanaman jagung dilakukan sebayak tiga
kali yaitu pada saat benih jagung berumur kira-kira 15 hari, pada saat jagung
sudah mulai dewasa yaitu umur 1 bulan dan pada saat jagung sudah mulai muncul
bunga jantan dan bunga betina. Pemupukan pertama bertujuan agar akar pada benih
jagung cepat tumbuh. Pemberian pupuk kedua bertujuan agar jumlah daun yang
tumbuh banyak dan memiliki batang yang kuat. Sedangkan pada pemupukan ketiga
bertujuan agar bunga jantan dan bunga betina cepat tumbuh sehingga dapat segera
disilangkan. Pupuk yang dipakai pada
praktikum ini yaitu pupuk kimiawi ( urea dan ponska) dikarenakan
pupuk jenis ini memiliki respon yang cepat terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
c.
Penyiangan dan Penyulaman
Penyiangan ini dilakukan pada
masa awal pertumbuhan tanaman jagung karena tanaman jagung sangat peka terhadap
persaingan dengan gulma yang dapat tumbuh disekitar tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara
manual yaitu dengan mencabuti rumput yang ada disekitar tanaman jagung atau
dapat juga menggunakan kayu untuk membantu mencabut gulma. Penyulaman dilakukan
pada tanaman jagung yang mati atau tidak tumbuh. Penyulaman ini dilakukan
ketika umur jagung masih sekitar 6-7 hari.
3.3.2 Parameter Pengamatan
Parameter
pengamatan yang digunakan pada pratikum identifikasi tanaman sorgum yaitu
pengamatan secara kualitatif dan kuantitatif
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Idrus, F. H.
I. T. 2014. Kajian tentang Tahan Genangan Terhadap Tanaman Sorghum (sorghum
bicolor L) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Gorontalo).
Sirappa, M.
P. 2011. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai komoditas alternatif
untuk pangan, pakan, dan industri. Jurnal Litbang Pertanian, 22(4),
133-140.
Taufik, 2014.Database Gandum dan Sorgum. Balai Penelitian Serealia, Maros Sulawesi Selatan,
Indonesia.
Widowati, S.,
Nurjanah, R., & Amrinola, W. 2010. Proses pembuatan dan karakterisasi nasi
sorgum instan. Prosiding Pekan Serealia Nasional, ISBN, 978-979.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar