Senin, 14 November 2016

Respirasi



Laporan
Fisiologi Pascapanen

RESPIRASI



index.jpg
 









NAMA                       : AHMAD
NIM                            : G111 14 057
KELAS                      : C
KELOMPOK            : 8 (DELAPAN)
ASISTEN                   : AHRANI AKBAR FACHRI





PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSIAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

AHMAD
G111 14 057

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
 Makassar, 2016
Ahmadpinrang05@gmail.com


 
ABSTRAK


 


Buah-buahan melakukan reaksi metabolisme selama masih di pohon dan setelah pemanenan.Terpisahnya buah dari pohon induknya menyebabkan bahan-bahan untuk melakukan reaksi metabolisme (air, fotosintat dan mineral) hanya berasal dari cadangan makanan dan air yang terdapat pada buah.Kehilangan substrat dan air tersebut tidak dapat digantikan sehingga kerusakan mulai terjadi.Buah buahan dan sayuran di bagi menjadi 2 golongan yaitu klimaterik dan non klimaterik. Yang dimana buah klimaterik adalah buah atau sayuran yang proses pematangannya masih berlangsung setelah di petik dan non klimaterik adalah buah buahan dan sayuran yang tidak terjadi lagi proses metabolisme setelah di petik. Tujuan dari praktikum ini ialah untuk melihat perbandingan antara buah dan sayuran yang di letakkan di 3 kondisi ruang tertentu yatu kulkas , freezer dan suhu ruang. Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu dengan membandingkan laju respirasi buah yang di letakkan di suhu ruang , suhu kulkas dan suhu freezer. Pada buah jeruk yang disimpan pada freezer,  berat awal yaitu 2  gr Sedangkan pada pengamatan yang terakhir mendapatkan berar 0,1 gr. Pada sayur bayam di dapatkan berat awal yaitu 1,5 gr .Lalu pada pengamatan terakhir 0,1 gr. Pada sayur wortel di ketahui berat awal yaitu 1 gr . lalu pengamatan hari terakhir di dapatkan hasil 0,1 gr. Pada pengamatan sawi di dapatkan hasil atau berat awal yaitu 1 gr . Lalu pengamatan hari terakhir didapatkan hasil yaitu 0,1 gr begitupun dengan suhu ruang dan dalam kulkas.
Kata Kunci : Produk Pascanen, Bayam, Sawi, Jeruk, dan Wortel
 


I. PENDAHULUAN
1.1 Respirasi
Menurut Utama (2012), Buah-buahan melakukan reaksi yang terjadi pada metabolisme selama masih di pohon dan setelah pemanenan.Terpisahnya buah dari pohon induknya menyebabkan bahan-bahan untuk melakukan reaksi metabolisme (air, fotosintat dan mineral) hanya berasal dari cadangan makanan dan air yang terdapat pada buah. Kehilangan substrat dan air tersebut tidak dapat digantikan sehingga kerusakan mulai terjadi.
Berdasarkan pola respirasi dan produksi etilen selama proses pemasakan maka buah diklasifikasikan kedalam golongan klimaterik dan non-klimakterik (Julianti, 2012).


Menurut Julianti (2012), Klimaterik merupakan suatu perubahan pola respirasi yang mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selam proses tersebut terjadi  serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembuatan etilen, yang ditandai dengan terjadinya proses pematangan.
Klimaterik merupakan suatu perubahan pola respirasi yang mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selam proses tersebut terjadi  serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembuatan etilen, yang ditandai dengan terjadinya proses pematangan (Julianti, 2012).
Menurut Julianti (2012),  Klimaterik dapat diartikan sebagai keadaan buah yang stimulasi menuju kematangannya terjadi secara ”auto” (auto stimulation). Proses tersebut juga disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi. Klimaterik juga merupakan suatu periode mendadak yang unik bagi buah-buahan tertentu. Selama proses ini terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan pembentukan etilen, yaitu suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu ruang berbentuk gas.
Produk yang termasuk respirasi klimaterik ditandai dengan produksi karbohidrat meningkat bersamaan dengan buah menjadi masak dan diiringi pula peningkatan produksi etilen. Saat produk mencapai masak fisiologi, respirasinya mencapai klimaterik yang paling tinggi. Respirasi klimaterik dan proses pemasakan dapat berlangsung pada saat buah masih di pohon atau telah dipanen. Pemanenan dapat dilakukan ketika laju respirasi suatu produk sudah mencapai klimaterik. Hal ini karena ketepatan pemanenan sangat mempengaruhi kualitas produk tersebut. Produk yang dipanen terlalu muda pada produk buah-buahan menyebabkan kematangan yang tidak sempurna sehingga kadar asamnya meningkat dan menjadikan buah terasa masam. Untuk pemanenan yang terlalu tua menyebabkan kualitas produk turun pada saat disimpan dan rentan terjadi pembusukan (Julianti, 2012).
Buah klimaterik merupakan golongan buah yang cepat mengalami kerusakan atau pembusukkan, Hal ini disebabkan karena pada buah klimaterik memiliki pola respirasi yang unik yaitu adanya peningkatan laju respirasi atau peningkatan CO2 secara mendadak yang dihasilkan selama pematangan. Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selama proses tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembentukan etilen, hal tersebut ditandai dengan terjadinya proses pematangan (Supartono,2009).
Menurut Supartono (2009), Pada buah-buahan non klimakterik terjadi hal yang berbeda artinya tidak memperlihatkan terjadinya hentakan pernafasan klimakterik. Meskipun buah-buahan tersebut diekspose dengan kadar ethylene kecil saja, laju pernafasan, kira-kira sama dengan kadar bila terekspose ethylene ruangan, kalau ada tingkatan laju pernafasan hanya kecil saja. Tetapi segera setelah itu laju pernafasan kembali lagi pada laju kondisi istirahat normal, bila kemudian ethylene nya ditiadakan. Dengan ekspos ethylene terjadilah suatu respon yang kira-kira mirip dapat diamati. Dalam suatu buah yang telah mature (tetapi belum matang) terjadilah perubahan parameter yang dialami buah seperti mislnya degreening atau hilangnya warna hijau.
Menurut Supartono (2009), Meskipun secara ilmiah dan physiologis dapat ditunjukkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi yang memungkinkan untuk melakukan klasifikasi sifat dan tabiat buah-buahan lepas panen, tetapi parameter yang sangat mudah dan lebih bermanfaat dan bermakna bagi konsumen adalah parameter perubahan lain yang lebih praktis sifatnya yang terjadi selama proses pematangan.
1.2 Deskripsi Sayur dan Buah
Jeruk Pohon kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m, dengan batang atau ranting berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi dengan tepi rata, tunggal, permukaan biasanya licin dan agar berminyak. Bunga tunggal atau dalam kelompok, lima mahkota bunga ( kadang-kadang empat ) berwarna putih atau kuning pucat,[stamen] banyak, seringkali sangat harum (Soelarso, 2006).
Banyak anggota jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan, wewangian, maupun industri. Buah jeruk adalah sumber vitamin C dan wewangian/ parfum penting. Daunnya juga digunakan sebagai rempah-rempah. Buah dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai penyedap atau komponen kue/ puding. Aroma yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan beberapa terpenoid. "Daging buah" mengandung banyak asam sitrat (harafiah:"asam jeruk") yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi segar (Soelarso, 2006).
Wortel merupakan tanaman sayuran termasuk ke dalam jenis tanaman semak, dan tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman wortel mempunyai struktur batang yang pendek, serta akar yang berakar tunggang dapat berubah bentuk menjadi bulat dan disebut dengan umbi. Umbi wortel ini tampak berwarna kuning kemerah-merahan, yang berarti mengandung tinggi senyawa karoten dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan (Sutarto, 2010).
Tanaman wortel memiliki daun majemuk bergaris-garis (lanset), dengan 4 sampai 7 tangkai daun yang berukuran panjang, tangkai daun agak tebal dan kaku namun permukaan daunnya halus. Pada bagian batangnya, berukuran sangat kecil sehingga terkadang hampir tidak terlihat. Biasanya batang wortel berdiameter 1 cm sampai 1,5 cm, memiliki tekstur yang keras, bulat dan tidak berkayu. Batang wortel juga tidak bercabang, tetapi ditumbuhi tangkai daun sehingga seolah-olah terlihat mempunyai cabang (Sutarto, 2010).
Menurut Sumardi (2009), tumbuhan bayam merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh didaerah yang beriklim panas dan dingin. Namun tumbuhan ini dapat tumbuh lebih subur didaratan rendah pada lahan terbuka yang beriklim hangat dan cahaya kuat. Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung karena merupakan tumbuhan C4. 
Menurut Sumardi 2009), Tanaman bayam memiliki akar perdu ( terma ), akar tanaman bayam ini akan menembus tanah hingga kedalaman 20-40 cm bahkan lebih. Akar tanaman bayam ini tergolong akar tunggang dan memiliki serabutan di bagian atasnya.
Menurut Sumardi (2009), tanaman bayam memiliki batang tumbuh dengan tegak, tebal dan banyak mengandung air. Batang pada tanaman ini memiliki panjang hingga 0.5-1 meter dan memiliki cabang monodial. Batang bayam berwarna kecoklatan, abu-abu dan juga memiliki duri halus di bagian pangkal ujung batang tanaman bayam.
Tanaman ini memiliki daun tunggal, berwarna hijau muda dan tua, berbentuk bulat memanjang serta oval. Panjang daun pada bayam 1,5-6,0 cm bahkan lebih, dengan lebar 0,5 – 3,2 cm dan memiliki pangkal ujung daun runcing serta obtusus. Batang bayam di sertai dengan tangkai yang berbentuk bulat dan memiliki permukaan opacus. Panjang tangkai ini mencapai 9 cm dan memiliki bagian tepi atau permukaan repandus (Sumardi, 2009).
Sawi putih (Brassica pekinensia L) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong ke dalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 26 cm-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya.Tanaman sawi putih membentuk krop, yaitu kumpulan daun-daun yang membentuk kepala. Tanaman sawi putih berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, sehinggananti  perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm (Kartasapoetra,2010).                                         
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk melihat perbandingan antara buah dan sayuran yang di letakkan di 3 kondisi ruang tertentu yatu kulkas , freezer dan suhu ruang.
Adapun kegunaaannya yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui tingkat respirasi yang terjadi pada buah dan sayur, pengaruh tingkat respirasi terhadap kematangan, dan factor-faktor yang mempengaruhi tingkat respirasi.
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu dengan membandingkan laju respirasi buah yang di letakkan di suhu ruang , suhu kulkas dan suhu freezer.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Waktu dan Tempat
Waktu dilakukannya pengamatan atau praktikum ini yaitu pada hari Jum’at, 22 April 2016 pada pukul 13.30 Wita. Tempat dilakukannya praktikum ini yaitu di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu timbangan, kulkas dan alat tulis menulis.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu buah jeruk, wortel, sawi dan bayam.
2.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum tentang respirasi ini yaitu :
1.      Menimbang masing masing bahan untuk diketahui berat awalnya
2.      Memisahkan setiap sayuran dan buah menjadi 3 kelompok yaitu freezer , kulkas dan suhu ruang
3.      Menimbang kembali sesuai kelompoknya
4.      Meletakkan masing masing bahan pada tempat yang telah di tentukan.
5.      Mengamati perubahan yang terjadi pada setiap bahan  selang 2 hari
6.      Menimbang hingga beratnya konstan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berdasakan pengamatan yang telah dilakukan telah diperoleh hasil bahwa :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Respirasi

No.
Perlakuan
Komoditi
Berat Awal
Berat Akhir
Keterangan
1
Freezer
Sawi
1 gr
0,1 gr
Non-Klimatrik
Bayam
1 gr
0,1 gr
Jeruk
2 gr
0,1 gr
Wortel
1 gr
0,1 gr
2
Kulkas
Sawi
1 gr
0,5gr
Non-Klimatrik
Bayam
1,5 gr
0,1 gr
Jeruk
1,5 gr
0,1 gr
Wortel
1,5 gr
0,1 gr
3
Ruangan
Sawi
1 gr
0,1 gr
Non-Klimatrik
Bayam
1,5 gr
0,1 gr
Jeruk
2 gr
0,1 gr
Wortel
1,5 gr
0,1 gr
Sumber, Data Primer Setelah diolah 2016


3.2 Pembahasan
Pada praktikum mengenai kelompok kami menggunakan sayur sawi, bayam, wortel dan buah jeruk dan kemudian menyimpannya pada suhu ruang dan dikulkas.Buah dan sayur ini diamati selang dua hari sampainya didapatkan berat konstan.
Telah diperoleh pada buah jeruk yang disimpan pada freezer,  berat awal yaitu 2  gr Sedangkan pada pengamatan yang terakhir mendapatkan berar 0,1 gr
Pada sayur bayam di dapatkan berat awal yaitu 1,5 gr .Lalu pada pengamatan terakhir 0,1 gr. Pada sayur wortel di ketahui berat awal yaitu 1 gr . lalu pengamatan hari terakhir di dapatkan hasil 0,1 gr .
Pada pengamatan sawi di dapatkan hasil atau berat awal yaitu 1 gr . Lalu pengamatan hari terakhir didapatkan hasil yaitu 0,1 gr begitupun dengan suhu ruang dan dalam kulkas.
Sayur sawi, bayam dan wortel adalah sayur yang termasuk golongan klimaterik yang artinya buah dapat melakukan proses respirasi walaupun sudah dipanen ataupun dipetik sehingga proses kematangan dapat terjadi dan terjadi perubahan warna maupun citarasanya. Sedangkan salak dan tomat adalah buah non klimaterik.
Hal ini sesuai dengan Utama (2012),   yang menyatakan bahwa etilen berperan dalam pemasakan buah klimaterik seperti buah pisang.
IV. PENUTUP
4.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
1.        Buah klimaterik lebih cepat prose pemasakannya karena memang buah ini dapat melakukan proses respirasi setelah dipetik maupun panen. Sedangkan buah nonklimaterik lebih lambat proses respirasinya.
2.        Pada buah klimaterik maupun non klimaterik terjadi perubahan akibat adanya perbedaan perlakuan suhu dan faktor lainnya.
3.        Buah klimaterik dan nonklimaterik mempunyai respon yang berbeda selama pemasakan buah.Buah menunjukkan perubahan yang terjadi pada buah yang diperlihatkan dengan perubahan warna cita rasa dan tekstur pada buah.
4.        Pada buah yang dimasukkan ke dalam kulkas dan suhu ruangan menunjukkan perbedaan berat mulai dari pengamatan pertama, dan terakhir.
4.1 Saran
Mahasiswa sudah seharusnya melakukan pengamatan lebih teliti mengenai buah klimaterik dan nonklimaterik.
DAFTAR PUSTAKA
Julianti, E. 2012. Pengaruh Tingkat Kematangan dan Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea). Jurnal Hortikultura Indonesia, 2(1).

KartaSapoetra. A.G. 2010. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Bina Aksara. Jakarta.

Soelarso, I. R. B. 2006. Budi Daya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius.

Sumardi, I. 2009. Perkembangan struktur anomali batang bayam cabut (Amaranthus tricolor L.) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Supartono, W., Soemardjito, J., & Indarto, E. 2009. Pengembangan Model Tracking and Tracing dalam Proses Distribusi untuk Mendukung Kualitas Produk Pertanian.

Sutarto, S., Padmaningrum, D., & Wibowo, A. 2010. Kajian Kelembagaan Agribisnis Wortel untuk Mendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Caraka Tani-Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian, 25(1), 87-94.
Utama, M. S. 2012. Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayuran Segar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar