Laporan
Fisiologi Pascapanen
RESPIRASI
![]() |
NAMA : AHMAD
NIM : G111 14 057
KELAS : C
KELOMPOK : 8 (DELAPAN)
ASISTEN : AHRANI AKBAR FACHRI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSIAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
AHMAD
G111 14 057
Program
Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar, 2016
Ahmadpinrang05@gmail.com
ABSTRAK
Buah-buahan melakukan reaksi
metabolisme selama masih di pohon dan setelah pemanenan.Terpisahnya buah dari
pohon induknya menyebabkan bahan-bahan untuk melakukan reaksi metabolisme (air,
fotosintat dan mineral) hanya berasal dari cadangan makanan dan air yang
terdapat pada buah.Kehilangan substrat dan air tersebut tidak dapat digantikan
sehingga kerusakan mulai terjadi.Buah buahan dan sayuran di bagi menjadi 2
golongan yaitu klimaterik dan non klimaterik. Yang dimana buah klimaterik
adalah buah atau sayuran yang proses pematangannya masih berlangsung setelah di
petik dan non klimaterik adalah buah buahan dan sayuran yang tidak terjadi lagi
proses metabolisme setelah di petik. Tujuan dari praktikum ini ialah untuk
melihat perbandingan antara buah dan sayuran yang di letakkan di 3 kondisi
ruang tertentu yatu kulkas , freezer dan suhu ruang. Metode yang digunakan pada praktikum
ini yaitu dengan membandingkan laju respirasi buah yang di letakkan di suhu
ruang , suhu kulkas dan suhu freezer.
Pada buah jeruk yang disimpan pada freezer,
berat awal yaitu 2 gr Sedangkan pada pengamatan yang terakhir mendapatkan berar 0,1 gr. Pada sayur bayam di dapatkan berat awal yaitu 1,5 gr .Lalu pada pengamatan terakhir 0,1 gr. Pada sayur wortel di ketahui berat awal yaitu 1 gr . lalu pengamatan hari terakhir di dapatkan hasil 0,1 gr. Pada pengamatan sawi di dapatkan
hasil atau berat awal yaitu 1 gr . Lalu pengamatan hari terakhir didapatkan hasil yaitu 0,1 gr begitupun dengan suhu ruang dan dalam
kulkas.
Kata Kunci : Produk Pascanen, Bayam,
Sawi, Jeruk, dan
Wortel
I. PENDAHULUAN
1.1 Respirasi
Menurut Utama
(2012), Buah-buahan melakukan reaksi yang terjadi pada metabolisme
selama masih di pohon dan setelah pemanenan.Terpisahnya buah dari pohon
induknya menyebabkan bahan-bahan untuk melakukan reaksi metabolisme (air,
fotosintat dan mineral) hanya berasal dari cadangan makanan dan air yang
terdapat pada buah. Kehilangan substrat dan air tersebut tidak dapat digantikan
sehingga kerusakan mulai terjadi.
Berdasarkan
pola respirasi dan produksi etilen selama proses pemasakan maka buah
diklasifikasikan kedalam golongan klimaterik dan non-klimakterik (Julianti, 2012).
Menurut Julianti (2012), Klimaterik merupakan suatu
perubahan pola respirasi yang mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu,
dimana selam proses tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis yang
diawali dengan proses pembuatan etilen, yang ditandai dengan terjadinya proses
pematangan.
Klimaterik merupakan suatu perubahan pola respirasi
yang mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selam proses tersebut
terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses
pembuatan etilen, yang ditandai dengan terjadinya proses pematangan (Julianti, 2012).
Menurut Julianti (2012), Klimaterik dapat diartikan sebagai keadaan buah yang stimulasi
menuju kematangannya terjadi secara ”auto” (auto stimulation). Proses tersebut
juga disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi. Klimaterik juga
merupakan suatu periode mendadak yang unik bagi buah-buahan tertentu. Selama
proses ini terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan
pembentukan etilen, yaitu suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu
ruang berbentuk gas.
Produk yang termasuk respirasi klimaterik ditandai
dengan produksi karbohidrat meningkat bersamaan dengan buah menjadi masak dan
diiringi pula peningkatan produksi etilen. Saat produk mencapai masak fisiologi,
respirasinya mencapai klimaterik yang paling tinggi. Respirasi klimaterik dan
proses pemasakan dapat berlangsung pada saat buah masih di pohon atau telah
dipanen. Pemanenan dapat dilakukan ketika laju respirasi suatu produk sudah
mencapai klimaterik. Hal ini karena ketepatan pemanenan sangat mempengaruhi
kualitas produk tersebut. Produk yang dipanen terlalu muda pada produk
buah-buahan menyebabkan kematangan yang tidak sempurna sehingga kadar asamnya
meningkat dan menjadikan buah terasa masam. Untuk pemanenan yang terlalu tua
menyebabkan kualitas produk turun pada saat disimpan dan rentan terjadi
pembusukan (Julianti, 2012).
Buah klimaterik merupakan golongan buah yang cepat
mengalami kerusakan atau pembusukkan, Hal ini disebabkan karena pada buah klimaterik
memiliki pola respirasi yang unik yaitu adanya peningkatan laju respirasi atau
peningkatan CO2 secara mendadak yang dihasilkan selama pematangan. Klimaterik
adalah suatu periode mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana
selama proses tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali
dengan proses pembentukan etilen, hal tersebut ditandai dengan terjadinya
proses pematangan (Supartono,2009).
Menurut Supartono (2009), Pada buah-buahan non klimakterik terjadi hal yang
berbeda artinya tidak memperlihatkan terjadinya hentakan pernafasan
klimakterik. Meskipun buah-buahan tersebut diekspose dengan kadar ethylene
kecil saja, laju pernafasan, kira-kira sama dengan kadar bila terekspose
ethylene ruangan, kalau ada tingkatan laju pernafasan hanya kecil saja. Tetapi
segera setelah itu laju pernafasan kembali lagi pada laju kondisi istirahat
normal, bila kemudian ethylene nya ditiadakan. Dengan ekspos ethylene
terjadilah suatu respon yang kira-kira mirip dapat diamati. Dalam suatu buah
yang telah mature (tetapi belum matang) terjadilah perubahan parameter yang
dialami buah seperti mislnya degreening atau hilangnya warna
hijau.
Menurut Supartono (2009), Meskipun secara ilmiah dan physiologis dapat
ditunjukkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi yang memungkinkan untuk
melakukan klasifikasi sifat dan tabiat buah-buahan lepas panen, tetapi
parameter yang sangat mudah dan lebih bermanfaat dan bermakna bagi konsumen
adalah parameter perubahan lain yang lebih praktis sifatnya yang terjadi selama
proses pematangan.
1.2 Deskripsi Sayur dan Buah
Jeruk Pohon
kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m, dengan batang atau ranting
berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi dengan tepi rata, tunggal,
permukaan biasanya licin dan agar berminyak. Bunga tunggal atau dalam kelompok,
lima mahkota bunga ( kadang-kadang empat ) berwarna putih atau kuning
pucat,[stamen] banyak, seringkali sangat harum (Soelarso, 2006).
Banyak anggota jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan, wewangian, maupun
industri. Buah jeruk adalah sumber vitamin C dan wewangian/ parfum penting.
Daunnya juga digunakan sebagai rempah-rempah. Buah dan daunnya dimanfaatkan
orang sebagai penyedap atau komponen kue/ puding. Aroma yang khas berasal dari
sejumlah flavonoid dan beberapa terpenoid. "Daging buah" mengandung
banyak asam sitrat (harafiah:"asam jeruk") yang memberikan rasa masam
yang tajam tetapi segar (Soelarso, 2006).
Wortel merupakan tanaman sayuran termasuk ke dalam
jenis tanaman semak, dan tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim hujan.
Tanaman wortel mempunyai struktur batang yang pendek, serta akar yang berakar
tunggang dapat berubah bentuk menjadi bulat dan disebut dengan umbi. Umbi
wortel ini tampak berwarna kuning kemerah-merahan, yang berarti mengandung
tinggi senyawa karoten dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan (Sutarto,
2010).
Tanaman wortel memiliki daun majemuk bergaris-garis
(lanset), dengan 4 sampai 7 tangkai daun yang berukuran panjang, tangkai daun
agak tebal dan kaku namun permukaan daunnya halus. Pada bagian batangnya,
berukuran sangat kecil sehingga terkadang hampir tidak terlihat. Biasanya
batang wortel berdiameter 1 cm sampai 1,5 cm, memiliki tekstur yang keras,
bulat dan tidak berkayu. Batang wortel juga tidak bercabang, tetapi ditumbuhi
tangkai daun sehingga seolah-olah terlihat mempunyai cabang (Sutarto,
2010).
Menurut Sumardi (2009), tumbuhan bayam merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh
didaerah yang beriklim panas dan dingin. Namun tumbuhan ini dapat tumbuh lebih
subur didaratan rendah pada lahan terbuka yang beriklim hangat dan cahaya kuat.
Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung karena merupakan tumbuhan
C4.
Menurut Sumardi 2009), Tanaman bayam memiliki akar perdu ( terma ), akar
tanaman bayam ini akan menembus tanah hingga kedalaman 20-40 cm bahkan lebih.
Akar tanaman bayam ini tergolong akar tunggang dan memiliki serabutan di bagian
atasnya.
Menurut Sumardi (2009),
tanaman bayam memiliki batang tumbuh dengan tegak, tebal dan banyak mengandung
air. Batang pada tanaman ini memiliki panjang hingga 0.5-1 meter dan memiliki
cabang monodial. Batang bayam berwarna kecoklatan, abu-abu dan juga memiliki
duri halus di bagian pangkal ujung batang tanaman bayam.
Tanaman ini memiliki daun tunggal, berwarna hijau muda dan tua, berbentuk
bulat memanjang serta oval. Panjang daun pada bayam 1,5-6,0 cm bahkan lebih,
dengan lebar 0,5 – 3,2 cm dan memiliki pangkal ujung daun runcing serta
obtusus. Batang bayam di sertai dengan tangkai yang berbentuk bulat dan
memiliki permukaan opacus. Panjang tangkai ini mencapai 9 cm dan memiliki
bagian tepi atau permukaan repandus (Sumardi, 2009).
Sawi putih (Brassica
pekinensia L) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong ke dalam
tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi
sekitar 26 cm-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya.Tanaman sawi putih
membentuk krop, yaitu kumpulan daun-daun yang membentuk kepala. Tanaman
sawi putih berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua
arah di sekitar permukaan tanah, sehinggananti perakarannya sangat dangkal pada kedalaman
sekitar 5 cm (Kartasapoetra,2010).
Adapun
tujuan dari praktikum ini ialah untuk melihat perbandingan antara buah dan
sayuran yang di letakkan di 3 kondisi ruang tertentu yatu kulkas , freezer dan
suhu ruang.
Adapun
kegunaaannya yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui tingkat respirasi yang
terjadi pada buah dan sayur, pengaruh tingkat respirasi terhadap kematangan,
dan factor-faktor yang mempengaruhi tingkat respirasi.
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu dengan
membandingkan laju respirasi buah yang di letakkan di suhu ruang , suhu kulkas dan suhu freezer.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Waktu dan Tempat
Waktu dilakukannya pengamatan atau praktikum ini yaitu pada
hari Jum’at, 22
April
2016
pada pukul 13.30 Wita. Tempat dilakukannya praktikum ini yaitu di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu timbangan, kulkas dan alat tulis menulis.
Sedangkan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu buah jeruk, wortel, sawi dan bayam.
2.3 Prosedur Percobaan
Adapun
prosedur percobaan pada praktikum tentang respirasi ini yaitu :
1.
Menimbang masing masing bahan untuk
diketahui berat awalnya
2.
Memisahkan setiap sayuran dan buah
menjadi 3 kelompok yaitu freezer , kulkas dan suhu ruang
3.
Menimbang kembali sesuai kelompoknya
4.
Meletakkan masing masing bahan pada
tempat yang telah di tentukan.
5.
Mengamati perubahan yang terjadi
pada setiap bahan selang 2 hari
6.
Menimbang hingga beratnya konstan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berdasakan
pengamatan yang telah dilakukan telah diperoleh hasil bahwa :
Tabel 1. Hasil
Pengamatan Respirasi
|
No.
|
Perlakuan
|
Komoditi
|
Berat Awal
|
Berat Akhir
|
Keterangan
|
|
1
|
Freezer
|
Sawi
|
1 gr
|
0,1 gr
|
Non-Klimatrik
|
|
Bayam
|
1 gr
|
0,1 gr
|
|||
|
Jeruk
|
2 gr
|
0,1 gr
|
|||
|
Wortel
|
1 gr
|
0,1 gr
|
|||
|
2
|
Kulkas
|
Sawi
|
1 gr
|
0,5gr
|
Non-Klimatrik
|
|
Bayam
|
1,5 gr
|
0,1 gr
|
|||
|
Jeruk
|
1,5 gr
|
0,1 gr
|
|||
|
Wortel
|
1,5 gr
|
0,1 gr
|
|||
|
3
|
Ruangan
|
Sawi
|
1 gr
|
0,1 gr
|
Non-Klimatrik
|
|
Bayam
|
1,5 gr
|
0,1 gr
|
|||
|
Jeruk
|
2 gr
|
0,1 gr
|
|||
|
Wortel
|
1,5 gr
|
0,1 gr
|
Sumber, Data Primer Setelah diolah 2016
3.2 Pembahasan
Pada
praktikum mengenai kelompok kami menggunakan sayur sawi, bayam, wortel dan
buah jeruk dan
kemudian menyimpannya pada suhu ruang dan dikulkas.Buah dan sayur ini diamati
selang dua hari sampainya didapatkan berat konstan.
Telah
diperoleh pada buah jeruk yang disimpan pada freezer, berat awal yaitu 2 gr Sedangkan pada pengamatan yang terakhir mendapatkan
berar 0,1
gr
Pada sayur
bayam di dapatkan berat awal yaitu 1,5 gr .Lalu pada pengamatan terakhir 0,1 gr. Pada sayur wortel di ketahui berat awal yaitu 1 gr . lalu pengamatan hari terakhir di
dapatkan hasil 0,1 gr .
Pada
pengamatan sawi di dapatkan hasil atau berat awal yaitu 1 gr . Lalu pengamatan hari terakhir didapatkan hasil
yaitu 0,1
gr begitupun dengan suhu ruang dan dalam
kulkas.
Sayur sawi, bayam dan wortel
adalah sayur yang termasuk golongan klimaterik yang artinya buah dapat
melakukan proses respirasi walaupun sudah dipanen ataupun dipetik sehingga
proses kematangan dapat terjadi dan terjadi perubahan warna maupun
citarasanya. Sedangkan salak dan tomat adalah buah non klimaterik.
Hal ini sesuai dengan Utama (2012), yang
menyatakan bahwa etilen berperan dalam pemasakan buah klimaterik seperti buah
pisang.
IV. PENUTUP
4.1Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
1.
Buah klimaterik lebih cepat prose
pemasakannya karena memang buah ini dapat melakukan proses respirasi setelah
dipetik maupun panen. Sedangkan buah nonklimaterik lebih lambat proses
respirasinya.
2.
Pada buah klimaterik maupun non
klimaterik terjadi perubahan akibat adanya perbedaan perlakuan suhu dan faktor
lainnya.
3.
Buah klimaterik dan nonklimaterik
mempunyai respon yang berbeda selama pemasakan buah.Buah menunjukkan perubahan
yang terjadi pada buah yang diperlihatkan dengan perubahan warna cita rasa dan
tekstur pada buah.
4.
Pada buah yang dimasukkan ke dalam
kulkas dan suhu ruangan menunjukkan perbedaan berat mulai dari pengamatan
pertama, dan terakhir.
4.1 Saran
Mahasiswa sudah seharusnya melakukan pengamatan lebih teliti
mengenai buah klimaterik dan nonklimaterik.
DAFTAR PUSTAKA
Julianti, E. 2012. Pengaruh Tingkat
Kematangan dan Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Terong Belanda (Cyphomandra
betacea). Jurnal Hortikultura Indonesia, 2(1).
KartaSapoetra. A.G. 2010. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Bina Aksara. Jakarta.
Soelarso, I. R. B. 2006. Budi Daya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius.
Sumardi, I.
2009. Perkembangan struktur anomali batang bayam cabut (Amaranthus tricolor
L.) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Supartono, W., Soemardjito, J., & Indarto, E. 2009. Pengembangan Model Tracking and Tracing
dalam Proses Distribusi untuk Mendukung Kualitas Produk Pertanian.
Sutarto, S., Padmaningrum, D., & Wibowo, A. 2010. Kajian Kelembagaan Agribisnis Wortel untuk Mendukung Pengembangan
Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Caraka Tani-Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian,
25(1), 87-94.
Utama, M. S. 2012. Penanganan Pasca
Panen Buah dan Sayuran Segar.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar